"Aku tak suka dengan caramu mencintaiku. Kau buat aku terbang setinggi langit ke tujuh, lalu kau jatuhkan aku ke dasar jurang. Paling dasar."
****
"Alva?" Sapanya.
"Hei, kat."
"Yaampun gue kangen banget sama lo!" Pekiknya, dan hampir saja tubuhnya menubruk dada bidang milik Nathan. Dengan cepat Nathan mencegahnya.
"Ini di kelas, kat."
"Ish, gue kan kangen sama lo." Ujarnya manja, dengan sesekali memegang lengan Nathan.
Nathan tak risih sedikitpun, bahkan dengan tatapan teman-teman sekelasnya. Yang ia tahu sekarang, adalah ia merindukan gadis ini.
"Woi Than, jangan lupa sama Nasya." Ejek Dion, yang dibalas delikan Nathan.
"Yang kemaren-kemaren aja gak di kasih kepastian, sekarang udah ganti lagi aja." Sahut Rian, yang merasa tak senang ketika Nathan bersikap manis pada perempuan yang dikenalnya.
Padahal, yang Rian tahu kini Nathan sedang dekat dengan Nasya. Ia akan menjadi suatu masalah, karena Nathan tak terlalu memikirkan hal itu.
****
"Sya, denger-denger ya ada murid baru di kelasnya si Nathan. Cewek lagi." Sahut Maura yang membuat Nasya menghentikan aktivitas menulisnya.
"Cewek lagi?" Maura menanggapinya dengan anggukan di kepala.
"Gue denger juga, Nathan deket sama cewek itu."
Nasya menghela nafasnya gusar, masalah kemarin dengan Nathan saja baru selesai, sekarang timbul lagi masalah baru.
"Setiap kali gue denger ada murid baru cewek, pasti aja ada kaitannya dengan ka Nathan." Sahut Nasya.
"Padahal jadian aja belum ya, Sya." Celetuk Maura.
"Lagian si Nathan, ngegantungin lo. Modal tampang doang, berasa belagu banget ya. Dasar, cowok."
"Udah, Ra. Marah-marah terus. Entar bermutu loh."
"Hah? bermutu? apaan tuh?" Tanya Maura.
"Bermuka tua. Cem si adudu." Jawab Nasya yang dbalas gelak tawa oleh Maura.
Adudu itu teman seangkatannya, umurnya masih muda tapi tampangnya kaya udah tua. Kumis baplang kalo kata Misel mah.
Maura masih belum berhenti tertawa, lelucon Nasya benar-benar garing. Tapi, cukup membuat Maura tertawa terpingkal-pingkal.
"Udah sih ketawanya. Gak bisa ketawa lagi aja lo, mampus."
"Ih, jahat lo. Sarimin!"
"Sarimin-sarimin aja lo, sarinten!" Balas Nasya.
"Lo sewot mulu, ngapa sih?"
"Ya gue sebel sih. Jujur aja, kemarin-kemarin ka Nathan deket sama ka Rachel, sekarang-sekarang sama siapa? Sarimin? terus entar-entar sama sarinten gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...