"Silahkan tanya pada dirimu sendiri, lebih lelah kaki yang terus berlari tanpa arah. Atau hati yang terus berharap tanpa henti?" Nasyaa Azasyahfa.
"Sebatas kata, mungkin tak akan mampu mengembalikan apa yang sudah berlalu. Bahkan, sampai saat ini penyesalan tiada henti menghampiri. Seandainya, arah hati berbicara dengan lugas bahwa dirimu, memang layak dicintai." Nathan Alvaro Melvin.
"Memang benar, ternyata waktu tak pernah salah menjadi penentu pertemuan antara aku, dan kau. Skenario terbaik, ketika garis takdir membuatku terjebak antara menentu siapa tempatku berlabuh. Dan sekali lagi memang benar, kamu tempat labuhanku." Razan Dirgantara.
-Ku persembahkan cerita ini untukmu. Untukmu yang menyakitiku, dan untukmu yang mencintaiku.-
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...