"Lo terlalu baik, sampai kesalahan sebesar apapun lo selalu bisa memaafkan."
****
Bugh!
Nasya menghentikan langkahanya di depan gerbang sekolah, ketika mendengar sebuah kegaduhan. Sepertinya sedang ada pertengkaran.
Ia melangkahkan kakinya dengan berani, mendekati sumber suara. Mendekati masalah. Suara tersebut berasal dari pinggir sekolah.
Dan, terlihatlah seorang lelaki asing yang memakai seragam persis dengan seragam sekolahnya. Wajahnya asing, dan seragamnya pun terlihat masih baru. Sepertinya ia murid baru.
Murid baru macam apa dia? yang baru saja masuk sekolah, sudah membuat kegaduhan. Pikirnya.
"Woi." Panggil Nasya.
Lelaki itu menoleh, dan sedemikian detika Nasya terdiam. Wajahnya... Sangat tampan, dengan bulu mata lentik.
Eh.
Ia pikir ia sudah gila.
"Lo ngapain lupak-lipek disitu?" Tanya Nasya polos.
Lelaki itu mengkerutkan dahinya bingung.
"Lo, gak bisa ngomong ya? Aduh, maaf."
"Berisik. Lo bego? udah jelas gue baru berantem 'kan?"
Nasya menepuk jidatnya dengan keras.
"Yaampun, gue gak liat kalo lo lebam gitu! ayo gue bantu." Ujar Nasya sembari menolong lelaki itu terbangun dari duduknya.
Lalu Nasya mendudukkan lelaki itu di sebuah bangku yang tersedia di sana.
Nasya duduk bersebelahan dengan lelaki itu, wajahnya terlihat sangat polos.
"Ngapain lo?" Ketusnya dengan sesekali meringis.
"Lo lebam ya? tapi, gue gak punya alat P3K. Eh tapi-tapi, di UKS ada ko. Gue antar ke UKS aja, yuk?" Tawar Nasya.
"Gak."
"Ih, ini lebam loh. Lo murid baru kan? baru aja hari pertama masuk udah berantem aja. Ketauan Pak Beta aja, di gantung idup-idup lo."
"Bacot."
"Kasar. Yaudah kalo gitu, tunggu bentar." Nasya membuka resleting tasnya, mengambil botol minum bergambar plants zombie miliknya.
"Nih, minum." Nasya menyodorkan botol tersebut pada lelaki di hadapannya ini.
Lelaki itu malah tertawa, membuat Nasya kebingungan.
"Kenapa lo ketawa, saripudin?"
Lelaki itu menghentikan tawanya.
"Lo bukan anak TK lagi kan yang harus bawa botol minum gambaran kayak gini." Nasya mendengus kesal.
Tuk.
Ia memukul kepala lelaki itu dengan botol minum miliknya. Hingga, lelaki itu meringis.
"Lo kenapa mukul gue bego?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...