42. Kehilangan?

4.4K 225 130
                                    

Sudah terhitung hampir 2 minggu gadis itu pergi, dan sampai sekarang pun tetap tidak ada tanda-tanda gadis itu akan kembali. Kemana dia?

Sudah dua minggu ini pikiran Razan pun sangat kalang kabut, ia melampiaskan amarahnya dengan merokok. Tak peduli jika harus berulang kali, namanya di panggil oleh pihak BK.

Razan mengusap wajahnya kasar, kemana gadis cerewet itu? kemana dia pergi? dan mengapa tak ada satupun pesan dari gadis itu? satu yang terpenting, untuk apa Razan mencarinya?

Razan berjalan menuju kelasnya, dan benar saja dirinya akan selalu menjadi pusat perhatian. Dengan penampilan urak-urakannya, mampu membuat para gadis memujanya. Meskipun, harus melupakan fakta bahwa Razan sangat bringas.

Ia tetap berjalan acuh dengan wajah andalannya, pikirannya sedang berkelana berharap bahwa gadis gila itu sudah ada di kelas seperti biasa.

"Kak Razan?" Razan tetap melangkahkan kakinya, seolah-olah tak mendengar panggilan gadis yang memanggilnya.

"Kak Razan, tunggu." Gadis itu menahan lengan Razan, sontak Razan langsung menepisnya dengan kasar.

Gadis itu meringis sembari mengusap lengannya yang ditepis, sedangkan Razan menatapnya dengan tajam.

"Ma-af Kak, saya cuma mau ngasih bekal untuk Kak Razan, ini." Gladys menyodorkan kotak bekal yang dipegangnya.

Razan menatapnya tanpa ekspresi, membuat gadis itu menunduk takut. Detik berikutnya, Razan membanting kotak bekal tersebut sehingga dirinya dan gadia di hadapannya menjadi objek perhatian.

Tanpa mengucap sepatah katapun, Razan berbalik dan meninggalkan Gladys yang tengah menahan tangisnya.

"Lihat aja nanti, Razan. Lo bakal bertekuk lutut di hadapan gue."

*****

Razan memasuki kelasnya, membuat seisi kelas hening tak berani membuka suaranya. Razan berjalan menuju bangkunya, dengan wajah tanpa eskpresinya.

Ia duduk, lalu langsung memkai earphonenya. Menghilangankan sedikit stres dikepalanya.

Kemana gadis yang biasa duduk di sebelahnya ini?

Kemana perginya gadis usil itu?

Kapan ia akan kembali?

Berbagai pertanyaan mengenai gadis itu, memgelilingi pikirannya. Dengan kasar, ia menendang meja di hadapannya. Sontak mengundang perhatian teman sekelasnya.

Tak mau berakhir naas di rumah sakit, mereka memilih diam. Membiarkan Razan berulah semaunya, dengan catatan tanpa mengusiknya.

Maura menperhatikan semua yang terjadi pada, Razan.

"Perubahan Razan, kayaknya ada sangkut pautnya sama keberangkatan Nasya." Alibinya.

"Maura." Panggil Razan tanpa eskpresi.

Maura menatapnya takut, namun dengan segera menepis rada takutnya itu. Ia ingin tau mengapa Razan memanggilnya.

"Ya?"

"Ikut, gua." Maura menelan salivanya, dengan ragu ia mengikuti langkah Razan.

Hingga sampailah mereka di taman sekolahnya, dimana tempat tersebut dapat dibilang cukup sepi.

"Kemana?" Maura mengernyit bingung.

"Siapa yang kemana?"

"Gadis gila."

"Nasya?" Tebak Maura, yang sama sekali tak ditanggapi oleh Razan.

"Dia pergi ke rumah kakeknya."

NasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang