28. Berhenti, lagi.

4.8K 250 10
                                    

"Percuma berharap sama seseorang yang bahkan tak pernah menganggap
kehadiran kamu."


****


Pagi hari ini, Nasya bangun lebih pagi dari biasanya. Entah terkena angin dari mana ia menjadi lebih semangat pergi ke sekolah. Padahal, sebelumnya ia tak pernah merasa sesemangat ini.

Jika bukan karena mengingat ambisinya semalam, ia tak akan mau seperti ini. Ia sangat bersemangat kembali untuk mencapai ambisinya, yaitu menaklukan hati Nathan yang sedingin kutub utara.

Senyumnya pagi ini, selalu menghiasi wajah cantiknya. Tak pernah pudar, seakan ingin dunia tahu bahwa dirinya kini tengah merasa bahagia. Tak tahu mengapa, yang ia tahu alasannya adalah Nathan. hm.

Nasya sudah siap dengan penampilannya yang sudah lengkap, terlihat cantik. Namun kali ini ada yang berbeda, yaitu senyuman yang begitu manis sangat terpampang jelas di wajahnya. Tertambah, lesung di sebelah mata yang menambah kesan imutnya.

"Bang, Nasya berangkat naik angkot ya? terus Nasya juga bakal sarapan disekolah aja deh bang." Ujarnya.

"Hmm, okelah. Seenggaknya gue gak terlalu repot haha." Nasya memutar kedua bola matanya.

"Yaudah bang, Nasya berangkat dulu. Assalamualaikum." Nasya berlalu dari hadapan Bintang, setelah menyalami tangan bintang.

"Oke tong. Waalaikumsalam, And hati hati ya."

"Siap tong!"

****

Nasya meilirik pergelangan tangannya. Rupanya, ini masih terlalu pagi. Ia kini tengah berdiri di pinggir jalan tepatnya di halte, menunggu angkutan umum.

Tak lama, angkutan umu yang di tunggu-tunggu pun datang. Dan Nasya menaikinya dengan semangat.

Setidaknya menunggu angkutan umum ini tak perlu berlama-lama. Tak seperti si 'doi' yang di tunggu-tunggu, eh taunya gak datang-datang. Hm.

Setibanya Nasya di depan gerbang sekolah tercinta.

"Mang, kirii depan ya." Ujar Nasya sembari turun dari angkuta umum tersebut.

"Ini uangnya mang, terimakasih ya hehe."

"Sama-sama neng geulis."

Nasya berjalan tenang, tak lupa dengan senyumannya. Menyusuri koridor demi koridor demi sampai ke tempat tujuannya, kelas.

Banyak yang menyapanya, beberapa orang bahkan adik kelasnyapun banyak yang tersenyum ke arahnya. Ada juga beberapa yang menatapnya sinis. Nasya tetap tidak peduli. Idk lah.

"Morning Mauraa kuu!" Sapa Nasya setelah menghempaskan bokongnya di tempat duduk miliknya.

"Dih. Tumben lo dateng pagi, biasanya juga pas bel baru masuk." Tandas Maura.

Nasya hanya menanggapinya dengan senyuman. Maura bergidik ngeri.

"Lo kenapa sih? Tumbenan senyum-senyum kek gitu. Lo gak waras?"

Tuk!

Nasya mengetuk kening Maura menggunakan bolpoint miliknya.

"Enak aja lo." Sebal Nasya. Sedangkan Maura hanya meringis.

NasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang