22. Perubahan.

4.2K 234 4
                                    

  "Apa sebuah sebab dari perubahanmu? Buat aku mengerti, hati atau egomu?"

****

Nasya melipatkan kedua tangannya di meja kantin, dengan wajah yang menumpu pada kedua tangannya.

Tatapan matanya terus menerus menatap ke arah meja yang kini di duduki oleh Nathan dan Rachel dari kejauhan, tentunya.

Sebenarnya apa sebuah sebab yang membuat Nathan berubah? Apa perkataan yang ia katakan tadi pagi memang benar? Jika iya, berarti Nathan hanya mempermainkan perasaannya, atau sekedar menjadikan Nasya bahan pelampiasan si pemeran utama yang kini tengah berbincang dengannya.

Ia harus berbicara dengan Nathan, memintai Nathan sebuah penjelasan yang logis tanpa opini.

Nasya bangkit dari tempat duduknya, tidak peduli dengan teriakan teman-temannya yang memanggil mamanya begitu jelas.

"Ka Nathan." Ujar Nasya yang kini sudah berada di hadapan Nathan dan Rachel.

Yang di panggil hanya menolehkan wajahnya sedikit mengarah kepada sumber suara dengan tatapan datar seperti biasanya.

"Heh cabe! Ngapain lo kesini?! Ganggu!" Ketus Rachel dengan lantang.

"Gue kesini untuk berbicara dengan Ka Nathan, bukan dengan Ka Rachel, jelas?" Ucap Nasya sedatar mungkin.

Nathan terdiam, mungkin menunggu pertanyaan yang akan di lontarkan oleh Nasya.

Nasya tersenyum ke arah Nathan, mata bereka bertemu. Sedangkan semua orang yang sedang berada di kantin tengah memusatkan perhatiannya pada Nasya, termasuk sahabat-sahabatnya.

"Gue cuma mau tanya, kenapa lo menjauh dari gue ka?"

Natham berdecih pelan,
"Apa perkataan gue tadi pagi kurang jelas? Atau lo sulit mencerna kata-kata gue? Bego apa polos?"

Nasya menghela nafas panjang mencoba bersabar dengan sikap angkuh Nathan.

"Sebercanda itukah lo terhadap perasaan seorang perempuan ka?"

Nathan terbungkam, pernyataan Nasya berhasil membuatnya diam tak berkutik.

"Jadi apa artinya perasaan cewek menurut lo? Mainan?"

"Lo gak ada bedanya dengan cowok-cowok brengsek pada umumnya bukan ka?" Ucapan Nasya sontak membuat semua orang yang ada disana terbungkam tak percaya dengan perkataan Nasya.

Mata Nathan menajam, menampilkan semburat kemarahannya.

"Marah? Lalu bagaimana dengan perasaan gue ka? Seharusnya gue lebih marah kan?"

"Atau, lo gak nyangka ternyata gue bisa ngomong seperti ini sama lo ka?"

"Gue cewek, semua cewek memiliki titik benci jika sudah di kecewakan."

Emosi yang sedari tadi tersulut, tiba-tiba berubah menjadi perasaan bersalah. Apa dia telah melakukan kesalahan yang begitu fatal hingga membuat perempuan sabar bisa berubah? Tentu iya. Perempuan jika sudah dikecewakan, apalagi berkali-kali perasaannya akan berubah menjadi benci yang bermula dari cinta.

NasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang