"Mata kamu teduh. Selalu pandai bikin orang tenang karena tatapan mata kamu."
****
Setelah bel berbunyi, Nasya memang langsung pergi pulang. Tak lupa berpamitan dengan Maura tentunya.
Saat ini ia sedang duduk di halte, menunggu sebuah angkutan umum melintas. Namun, sudah hampir setengah jam ia menunggu dan belum ada satupun angkutan umum yang melintas. Menyebalkan.
"Lama banget sih." Gerutunya sebal.
Sepasang mata menatapnya, lalu menghampiri Nasya.
Nasya terlonjak kaget ketika sebuah motor sport seseorang berada di hadapannya. Ia tak mengenal motor ini begitu pula pemiliknya yang mengenakan helm fullfacenya.
Sang pemilik motor tersebut membuka kaca helmnya.
"Naik."
"Ogah ah, ntar di culik lagi."
"Gak."
Dengan mata berbinar dan senyum mengembang, ia langsung naik ke atas motor sport milik, Razan.
Selama perjalanan, hanya Nasya lah yang berceloteh ria. Membicarakan sesuatu yang tak penting dibicarakan, seperti ia yang memilik game Moy3.
Razan sama sekali tak menanggapi ocehan Nasya, melainkan sibuk mengemudikan motornya.
"Yaampun, pokoknya gue seneng banget!" Pekiknya exited.
"Diem."
"Ish, gak seru." Nasya mengerucutkan bibirnya kesal. Razan melihat ekspresi tersebut melalui kaca spionnya.
Ia tersenyum geli, kesalnya Nasya memang menggemaskan ya.
"Alamat."
"Hah? Alamat siapa?"
"Bego."
"Ya nanya nya yang bener dong."
"Alamat lo."
"Oh. Di jalan pertama indah."
Dan sampai lah mereka di depan gerbang rumah milik Nasya.
"Makasih ya, saripudin."
Razan menatapnya tajam, membuat Nasya sedikit ngeri.
"Ih nyeremin."
Dengan tiba-tiba, seseorang menarik pergelangan tangannya dengan kasar.
"Aduh." Ringis Nasya.
"Pulang sore begini, darimana saja kamu?!" Bentaknya.
"Nasya memang pulang jam segini, bu."
"Alah alasan saja kamu!"
Sebuah tamparan mengenai pipi Nasya. Razan yang melihatnya pun, langsung bergegas menghampiri Nasya.
"Jangan kasar!"
![](https://img.wattpad.com/cover/161884488-288-k804660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...