"Tak paham, yang ia mengerti hanyalah rasa yang tiba-tiba bergerilya."
*****
"Sya, gue balik duluan ya?" Pamit Maura.
"Iya Ra, duluan aja. Gue nungguin angkot seperti biasa." Ucap Nasya terkekeh.
"Oke kalo gitu, gue duluan ya? Bareng aja yuk, Sya?" Tawar Maura.
"Eh, gak usah Ra. Lo duluan aja sana,"
"Oke gue duluan ya, Bye Sya!"
"Bubay!!"
"Huftt." Nasya duduk di halte seperti biasa menunggu sang supir langganannya menjemput, supir angkot.
Nasya terus saja melamun, pikirannya masih mengingat kejadian tadi saat di kantin dimana dia direndahkan oleh seseorang yang ia sukai. Memang sedari kejadian itu Nasya terus saja melamun, belajar pun sama sekali tidak fokus.
"Nasya?" Panggil seseorang menggugah lamunan Nasya.
"Eh Astaghfirullah, Kak Rafraf ya?"
Raffa mengangguk kecil sembari tersenyum manis. "Lagi ngapain disini?"
"Lagi nunggu supir langganan lewat Kak, hehe."
Dahi raffa berkerut,
"Supir langganan?""Supir angkot maksudnya Kak, hehe."
"Oh, haha. Kirain supir lo mau ngejemput,"
"Gue tuh gak punya supir Kak, haha."
"Lucu!!"
"Jam segini biasanya angkot udah gak lewat, Sya. Gimana kalo gue anter aja, mau? Tawar Raffa.
"Ya maulah kak, ngapain nolak yuk kak!!" Ucap Nasya antusias sembari menarik tangan raffa.
"Biasanya cewek itu suka pura-pura nolak supaya dibujuk lagi, sedangkan Nasya? Dia sama sekali tidak munafik."
"Lo beda dari yang lain. Makannya gue tertarik." Batinnya.
"Ayo, Kak Rafraf!"
"Iya, Ayo."
Disepanjang perjalanan seperti biasa, Nasya terus saja mengoceh membuat nathan terkekeh kecil. Cerita Nasya sama sekali tidak ada faedahnya untuk di dengarkan, haha.
"Tuhan ku cinta dia.."
"Ku ingin bersama nya.."
"Ku ingin habiskan, nafas ini.. berdua dengannya.."
"Jangan rubah takdirku.."
"Satukan lah hatiku dengan hatinya.."
"Bersama sampai akhir.." Senandung Nasya dengan suara yang bisa di bilang sangat merdu.
"Suara lo bagus." Komentar Raffa.
"Inget ya ka Raffa, berbohong untuk kebaikan itu sebenarnya gak boleh loh." Ucap Nasya.
Raffa tertawa, sungguh lucu gadis yang sedang ia bonceng ini.
"Enggak kok, suara lo emang bagus."
"Ah, kak Raffa bisa aja, jadi malu kan hehe." Ucap Nasya dengan malu-malu.
"Malu? Lo bisa malu juga ya?" Celetuk raffa.
Nasya mengembungkan kedua pipinya,
"Untung kakak kelas!" Ketus Nasya. Sedangkan Raffa sudah tidak dapat menahan tawanya."Tawa aja terus sampe upin ipin kawin!"
"Rumah lo dimana?" Ucap Raffa yang sudah menghentikan tawanya. Entah mengapa membuat gadis ini kesal, sudah menjadi hobby nya sekarang.
"Gak tau, gue amnesia!" Ketus Nasya. Kelihatannya Nasya masih kesal pada Raffa karena sudah menjahilinya.
Raffa melirik Nasya melalui kaca spionnya lalu tertawa kecil. Terlihat Nasya yang sedang mengembungkan pipinya dan sesekali menggerutu tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...