18. Aneh

4.1K 239 4
                                    

"Gua akan lihat seberapa bisa lo menjauh dari gue."-Nathan.



"Nasya."

"Hah? Sapa lo?" Ucap Nasya yang masih fokus membaca bukunya.

"Gua Rio elah."

"Oh."

"Anjir."

"Ada naon?"

"Gue mau bahas soal acara Promnight buat nanti."

"Terus?"

"Demi apapun, gua pengen nimpuk lo."

"Timpuk aja."

"Udah diam. Jadi gini kata Bu Arini untuk acara Promnight nanti kita harus pilih tema untuk dresscode yang akan kita pakai nanti, jadi lo mau tema apa?"

"Kalo gue sih kura-kura ninja aja." Jawab Nasya santai.

Rio mendengus kesal,
"Gua serius Nasya."

"Gue lebih serius hehe."

"Sabar Yo sabar.."

"Jadi mau apa?" Tanya Rio mencoba bersabar.

"Ninja hatori aja lucu kan tuh."

"Oke kita pakai dresscode ala kerajaan-kerajaan aja."

"Ya ok."

"Lo nanti jadi snow white aja."

"HAH?! GUE GAK MAUU!! GUE GAK MAU DI DANDANIN!!!" Teriak Nasya.

"Berisik goblok, pokoknya keputusan gue sudah bulat, dan lo harus pakai pakaian sesuai yang gua bilang tadi." Ucap Rio lalu pergi.

"Ya gila aja gue kudu di dandan! Pokoknya gue gak mau, gue harus bagaimana dong.."

"Woi ucup, kenapa lo?" Tanya Misel.

"Masa ya gue di suruh untuk pakai dress ala-ala kerajaan gitu, padahal gue gak suka di dandan. Gimana dong Misel.."

Misel tertawa mengejek.

"Makan noh, hahaha.. gue gak bisa ngebayangin kalo muka lo di dandan pasti ngakak hahaha.."

"Puas banget ya Misel."

"Aduhh aduhh, maaf maaf Sya gue kelepasan.."

"Pokoknya bagaimana pun caranya gue gak mau!! Kalo pasangannya Ka Nathan sih gue mau, lah ini? Si Rio yang mukanya datar, sedatar tripleks. Gila aja sih."

"Heh kutu sembarangan lo bilang gitu, si Rio mah cakep, lah si Nathan? Modal cakep dikit aja belagu."

"Berisik."

"Mau kemana lo Sya?"

"Mau nyari udara segar supaya sehat hehe.."

Nasya berjalan menelusuri koridor, hingga kini kakinya sudah menginjak Rooftop sekolahnya. Langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang lelaki sedang duduk di sebuah bangku, terlihat kaki nya yang di selonjorkan.

Nasya hendak membalikkan tubuhnya, tetapi suara seseorang membuat langkahnya tertahan. Seseorang itu tak lain adalah Nathan.

"Kemana?"

"Hah?" Tanya Nasya lemot.

"Kenapa balik lagi?"

"Eh-anu tadi gue.."

"Kesini aja."

Sontak Nasya mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya. Apa benar yang berbicara barusan adalah Nathan?

"Sini." Nathan memperbaiki letak duduknya, lalu Nasya berjalan menghampirinya.

Nasya duduk bersebelahan dengan Nathan, tampaknya lelaki itu masih fokus pada Handphonennya.

"Kenapa?"

"Kenapa? Ke-kenapa apanya?" Tanya Nasya gugup.

"Ngelihatin gue."

"E-enggak ko, tadi cuma gak sengaja aja."

"Hmm."

"Lo ngapain kesini?" Tanya Nathan.

"Gue?"

"Bukan, itu sebelah lo."

"Eh hehe, gue cuma sedang nyari udara segar doang ko hehe."

"Oh gitu."

"Kenapa lo menjauh?" Tanya Nathan.

Deg!

"Me-menjauh? Maksudnya?"

"Kenapa lo menjauh dari gue hm?" Tanya Nathan kali ini dengan nada lembut.

"Gue gak menjauh ko, hanya gue sedang jaga jarak agar lo gak risih sama gue hehe."

"Gue gak risih."

"Gimana rasanya menjauh dari gue selama sehari?" Ujarnya lalu terkekeh kecil.

Nasya mengkerutan keningnya, Nathan tidak terlihat seperti biasanya. Mengapa? Ah entahlah Nasya tidak tahu.

"Gak gimana-gimana."

"Gak rindu gue?" Goda Nathan.

"E-enggak ko serius deh."

"Masa? Gue lihat sepertinya lo gak akan bisa lama-lama berjauhan sama gue."

"Gue tau kalo lo gak akan bisa menjauh dari gue."

NasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang