"Menatapmu dari kejauhan saja sudah membuatku senang."-Nasya.
*****
"Sya, kalo lo gak kuat bilang ya."
"Anjir gak kuat, selow aja gue sudah sembuh kok teman-teman hehe."
Maura memutar bola matanya malas,
"Iya udah sembuh karena lo mau liat pangeran kodok lo.""Astaghfirullahaladzim, Maura."
"Gak boleh gitu dosa," Lanjut Nasya.
"Alahh tumben ingat dosa." Ucap Misel.
"Udah ah berisik, kapan mau kesananya kalo lo semua ngomong terus." Lerai Manda.
"Yaudah yuk guys lets goo!!" Ucap Nasya girang. Ketiga teman Nasya menggeleng-gelengkan kepala dengan tersenyum, mereka heran dengan Nasya. Walaupun hatinya banyak menyimpan luka, tetapi ia masih bisa tersenyum sangat ceria layaknya tidak memiliki beban.
Sampailah mereka sekarang di lapangan basket, tinggal menunggh waktu sebentar lagi pertandingan akan dimulai.
"Gilaa gilaa, gue harus foto Kak Nathan nih!" Seru Nasya.
"Ck alay banget sih, Sya."
Dari kejauhan Nasya melihat ada seorang wanita di sebelah Nathan yang ia ketahui wanita itu adalah kaka kelasnya, Rachel.
Hati Nasya mendadak panas saat melihat Rachel dan Nathan berbincang dengan sesekali mereka saling tersenyum. Sebenarnya ada apa? Apakah Nathan dan Rachel berpacaran? Kalimat itu terus saja berputar dikepalanya.
Mengapa Nathan dengan mudah ternyum dengan wanita lain, sedangkan jika dengan dirinya Nathan tidak tersenyum, bahkan tidak pernah.
Sebegitu spesialnya kah Rachel bagi Nathan? Ada apa antara 'mereka' sebenarnya?
Nasya menatap kosong kedepan, pikirannya masih tak karuan. Sakit memang, tapi harus bagaimana lagi? Memaksa agar Nathan mencintainya? Itu tidak mungkin. Cinta tak bisa dipaksakan bukan?
"Sya, lo kenapa?" Tanya Maura.
"Gak apa-apa ko Ra, gue hanya kepikiran ulangan aja."
"Kalo lo masih sakit mending gak usah maksain, kita pulang aja." Sahut Manda.
"Enggak kok, gak apa-apa." Alibi Nasya, dengan senyum cerianya seperti biasa.
Tidak lama kemudian lomba pun dimulai. Suara riuh semua orang pun mulai terdengar sangat nyaring.
"HUAAAAA KA NATHANN SEMANGATTTT!!!!" Teriak Nasya dengan semangat.
Nathan menoleh sedikit ke arah suara yang tadi meneriaki namanya dengan keras. Keningnya berkerut, sedang apa gadis itu disini? Bukan kah dia masih sakit?.
"SEMANGATT KAK, KAMII SUPPORT KAKAK DISINIIIII!!!" Teriaknya lagi.
Perlahan sebuah lengkungan dibibir manisnya mulai terlihat di wajah tampannya. Semua orang yang melihatnya berteriak histeris, bagaimana tidak? Ini untuk pertama kalinya Nathan tersenyum.
Entah angin darimana, melihat Nasya membuat bibirnya terangkat untuk tersenyum.
"Gua gak tau kenapa, yang jelas gua senang dia disini."
Nathan merebut bola dari lawan, dan langsung dengan sigap memasukannya ke Ring lawan.
Teriakan pun semakin riuh terdengar,
"WAHHH GILAAA KAK NATHAN HEBATT BANGETTTT!!! TERUSS KAK GASS TERUSS JANGAN SAMPAI KALAHH AYOOO GOGOGOGOO!!" Teriak Nasya nyaring.
Semangat Nathan semakin naik, entahlah intinya dia sangat lebih bersemangat dari biasanya.
Nathan terus saja berhasil merebut bola dari lawan hingga..
BRUKK!!
Nathan terjatuh akibat lawannya bermain kasar.
"Kak Nathan!!" Teriak Nasya panik. Nasya langsung berlari ke lapangan dengan wajah yang sangat panik.
"SYA!! JANGAN KESANA!!"
Nasya langsung menghampiri Nathan.
"Kak Nathan gak apa-apa?" Ucap Nasya seraya menjulurkan tangannya berniat membantu Nathan, tetapi seseorang menepis tangannya dengan kasar."Apa sih lo?! Minggat sana, Nathan gak butuh bantuan dari lo!" Ujar Rachel, lalu dengan cepat membantu Nathan dan membopongnya menuju UKS.
Nasya dengan cepat berjalan menuju UKS. Dilihatnya Nathan yang sedang diobati oleh Rachel, Nasya melihatnya lewat sebuah kaca UKS.
"Jujur gue sakit ka, tapi untuk melihat lo bahagia, gue rela menjauh."
Setelah itu terlihat Nathan berbaring di kasur dan matanya terpejam, Rachel sudah keluar UKS meninggalkan Nathan.
Nasya memasuki UKS. Terlihat wajah Nathan yang sangat damai, berbeda sekali dengan yang biasa Nasya lihat.
"Adem juga ya Kak muka lo, hehe."
"Niatnya gue mau nolong lo, tapi gak bisa hehe."
"Gue kesini cuma mau ngucapin, cepat sembuh ya Kak, semoga lekas kembali hehe. Kok gak nyambung ya? Ah biarin deh hehe."
"Intinya lekas sembuh ya, Kak. Oh iya, gue kesini cuma mau bilang kalo gue berhenti buat ngejar lo ka, gue gak mau lo elfeel sama gue ka hehe, jujur sebenernya gue masih pengen merjuangin lo Kak tapi gue udah gak bisaa. Gue bukan lelah Kak, bukan sama sekali bukan. Tapi gue cuma pengen liat lo bahagia sama cewek pilihan lo kak hehe, ih apa sih kok gue alay ya? Hehe, intinya gue gak mau maksa lo buat suka sama gue, Kak."
"Udah ah mellow banget gila, gue pulang dulu ya ka, cepat sembuh hehe." Ujar Nasya lalu pergi dari ruangan tersebut.
Tanpa Nasya sedari lawan bicaranya itu sebenarnya sama sekali tidak tidur, dia hanya berpura-pura. Dan dia mendengarkan semua perkataan Nasya, semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...