"Mungkin ibu menganggap Asya anak tidak berguna, pembawa sial, atau apapun itu. Tetapi ketahuilah rasa sayang anak tidak berguna ini sangat-sangat besar untuk ibu, bidadari pelindungnya."
****
"Ra, ayo cepat!" Ucap Nasya tidak sabar karena sudah waktunya pulang. Ia sudah sangat tidak sabar bertemu dengan ibunya.
Setelah Maura selesai, Nasya langsung menarik pergelangan tangan Maura dengan langkah yang teburu-buru.
"Sabar elah, capek nih!" Keluh Maura.
"Ck, gue sudah gak sabar, Ra."
"Iya-iya gue tau."
"Yaudah ayo cepet." Dengan langkah tergesa, Nasya langsung memasuki mobil Maura.
Dalam perjalanan, Nasya tak ada henti-hentinya tersenyum. Maura memperhatikan semua itu, ia senang karena sahabatnya kembali ceria seperti ini.
Tapi Maura bingung, apa tujuan ibunya menyuruh Nasya mendatanginya? Ah, ntahlah.
Setelah beberapa menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai di tempat tersebut.
Nasya langsung berlari ke arah pintu dengan senyum yang merekah.
Tok...tok...tok...
Seseorang membuka pintu tersebut. Tapi Nasya bingung, kenapa yang muncul adalah sosok perempuan yang sepertinya seumuran dengannya.
"Lo siapa?" Tanya perempuan di depan Nasya sarkastik.
"Gue Nasya, anaknya ibu Rena."
"Oh jadi lo Nasya-nasya itu? Kampungan juga ya? Pantas mama lo ninggalin lo."
"Gak usah banyak bicara. Saya ingin bertemu dengan ibu saya." Ketus Nasya.
"Silahkan masuk anak kecil." Tanpa memperdulikan perkataan perempuan itu Nasya langsung melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah ibunya tersebut, tak lupa menarik pergelangan tangan Maura.
"Assalamualaikum i-" Ucapan Nasya terpotong."
"Jangan panggil saya ibu, anak tidak berguna!" Potongnya sarkastik.
Perkataan ibunya sangat menohok hati terdalam Nasya, Maura yang sadar akan hal itu langsung menggenggam tangan Nasya. Ia tak tahu harus bagaimana, ini adalah urusan ibunya dan Nasya.
"Tapi Nasya gak bisa, Bu," Lirih Nasya.
"Heh jalang kecil! Dia ibu gue sekarang, bukan ibu lo lagi!"
Tes! Satu air matanya lolos menyentuh pipinya.
"I-ib-"
"Apa perkataan saya kurang jelas?! Jangan panggil saya ibu, Nasya!" Bentaknya.
"I-iyaa, Bu Rena."
"Duduk." Nasya dan Maura pun duduk di sofa mengikuti perintah ibunya.
"Langsung saja, perkenalkan ini anak saya, Katrin. Dan kamu sudah tidak saya anggap anak lagi."
![](https://img.wattpad.com/cover/161884488-288-k804660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...