"Saya pastikan bahwa kali ini saya akan benar-benar berhenti."- Nasya.
*****
"Lo istirahat dulu disini ya, gua ke kelas dulu. Kalau ada apa-apa hubungi gue aja oke?" Ucap Raffa.
"Iya bawel."
Raffa tersenyum karena gadisnya ini termasuk gadis yang penurut. Gadis? Bahkan Raffa sudah menganggap Nasya gadisnya, lucu bukan? Haha.
"Gua gak bisa gini terus, gua gak boleh suka sama gadis ini, gue takut dia terluka."
"Kak? Kenapa ngelamun mulu dah"
"Eh- enggak kok," Alibi Raffa.
"Kalo gitu gue ke kelas dulu ya, cepat sembuh." Lanjut Raffa lalu mengacak rambut Nasya gemas.
"Ish kebiasaan!" Kesal Nasya. Raffa tersenyum manis.
"Gua duluan." Ucap Raffa lalu berlalu pergi.
"Gila gila gila jantung gue, sejak kapan gue punya penyakit jantung? Astaghfirullah.." Ucap Nasya sembari memegang dadanya dramatis.
"Kok gue baru 'ngeh' ya kalo ka Raffa punya lesung gitu? Cakep banget anjay gilaa!!"
Dari luar ruangan ada seseorang yang tengah memperhatikan gerak geriknya dari luar, dengan tatapan tajam.
"Dasar cewek."
Ditempat lain, ketiga sahabat Nasya sedang cemas mendengar sahabat bobroknya ini pingsan, mereka sangat marah pada Nathan karena Nathan adalah biang dari masalah ini.
"Syaa?!"
"Eh- maura?"
"Lo gak apa-apa kan?!" Tanya Manda dengan raut wajah khawatirnya.
"Dia apain lo?! Sini biar gua bogem!" Ucap Misel.
Nasya tersenyum, sungguh sangat beruntung sekali dia memiliki sahabat seperti mereka.
"Gue gak apa-apa ko."
"Serius? Kalo gak apa-apa kenapa lo pingsan hah?!"
"Keterlaluan emang si 'Cabe' gope itu!" Maki misel.
"Udahh udahh, gak apa-apa biarin aja."
"Gua bukan lo sya, yang udah disakitin berkali-kali tapi tetap sabar."
"Gue gak diem aja ko, tadi gue juga dorong dia." Elak Nasya.
"Iya lo dorong dia, tapi gua liat raut muka lo kalo lo gak tega kan sya? Lo kaget kan kenapa lo kasar? Sya, gua mohon jangan terlalu baik sama orang, gua takut lo dimanfaatin sya," Ucap misel.
"Iya misel, Asya gak akan baik-baik banget ko, asya bakalan tetap jadi teman kecil misel yang polos."
Misel memeluk Nasya, dia sangat tidak ingin sahabatnya terluka.
"Sini peyuk Asya jugaa.." Ucap Nasya manja. Lalu maura dan manda pun ikut berpelukan layaknya teletubies:v
"Tetap jadi Nasya sahabat alay kami ya." Ucap Manda.
"Iyaa cuyunggg.."
"Najis."
"Udah udah, sya kita semua mau liat tanding basket nih, lo gak usah ikut yaa.."
"Hah? Tanding? Ka Nathan?"
"Iya si Nathan itu."
"Loh bukannya nanti ya? Ko sekarang sih? Siapa lawannya?"
"Lawan anak Sma sebelah."
"Gua harus ikut pokoknya!!"
"Syaa! Lo harus istirahat, lo mending langsung pulang, kita juga gak akan nonton ko. Kita bakal nemenin lo dirumah."
"Gak bisa Maura.. ada ka Nathan, gue harus ikut. Gue harus jadi supporternya dia."
"Lo belum sakit hati hah? Masih belum puas dia hina lo? Sudah lah sya, untuk apa lo peduliin dia, peduliin kesehatan lo. Gue mohon."
"Raa, Sell, Mann.. please kali ini ajaa, gue mohon. Setelah itu gue bakalan bener-bener berhenti suka sama ka Nathan, gue janji ini jadi yang terakhir kalinya gue suka sama ka Nathan."
Ketiga teman Nasya menatap Nasya tak percaya,
"Lo yakin Sya?"
Nasya mengangguk mantap.
"Gue yakin, seyakin yakinnya." Ketiga teman Nasya tersenyum."Ini baru sahabat kitaa!!"
"Semangat Move On Asyakuu!!"
Nasya tersenyum ceria. Semoga saja pilihannya ini sudah sangat tepat.
"Semoga saja..."
![](https://img.wattpad.com/cover/161884488-288-k804660.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...