"Selalu tersenyum, alasan seseorang bertahan."
*****
Nasya kini tengah berbaring di brankar UKS. Ia tengah beristirahat, agar tubuhnya kembali fit seperti semula.
"Sakit bener kepala gua hua!!"
"Kenapa coba gue bisa pingsan?"
"Hmm, setau gue, tadi pagi gue makan banyak dah." Nasya terus saja berceloteh, hingga tidak sadar ada seseorang yang memperhatikannya di ambang pintu.
Nathan berdeham, lalu berjalan mendekati Nasya. Nasya tersentak kaget, jantungnya berpacu lebih cepat seperti biasanya.
"Sial jantung gue serasa mau loncat."
"Kenapa?" Tanya nya dengan nada datar.
"Gak apa-apa kok Kak, hehe."
"Maaf." Ucapan itu keluar mulus dari bibir Nathan. Ucapannya kali ini terdengar lebih lembut, tidak dingin seperti biasanya.
Nasya tersenyum menampilkan deretan giginya yang rapih.
"Maaf kenapa? Kak Nathan gak salah apa-apa kok, hehe."
Bagaimana bisa gadis ini tertawa, saat hatinya sedang tidak baik-baik saja?.
"Gua salah." Ucapnya.
"Lo gak salah, kalaupun Kak Nathan salah, sudah gue maafkan kok,"
Nathan hanya diam tak menanggapi, lalu berjalan maju kedepan, mengikis jarak antara ia dan Nasya. Tangannya bergerak menyentuh bagian kening Nasya yang luka. Sentuhannya begitu lembut.
"Sakit?"
"Enggak kok, gue kan strong!" Jawab Nasya riang.
Nathan menaikan sebelah alisnya. Lalu tersenyum tipis, sangat tipis.
"Lo mau makan apa?" Tanya Nathan.
"Enggak ah, gue gak laper."
"Tunggu disini, gue beli makan dulu." Ucap Nathan lalu pergi meninggalkan Nasya yang melongo.
Beberapa menit kemudian, akhirnya Nathan sudah sampai di UKS.
"Nih, makan."
"Nasya gak laper Kak, hehe." Ucap Nasya dengan cengiran tak berdosanya.
"Buka mulut, lo." Nasya membuka mulutnya, menerima suapan dari Nathan.
Nathan mendengus pasrah. Apakah semua gadis ketika sakit, akan menjadi manja?
"Kak Nathan, tumben baik sama gue." Celetuk Nasya.
Nathan tak merespon ucapan Nasya, dengan telaten ia menyuapi gadis yang sedari tadi banyak berceloteh.
"Telen dulu,"
"Udah, pokoknya gue seneng kak!"
"Berisik."
"Yailah kak, sensi banget." Nasya mengembungkan kedua pipinya kesal, selalu saja tak sesuai harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Teen FictionSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...