45. Sekejap.

4.4K 195 60
                                    

"Tak mengerti, entah mengapa waktu terasa sangat sekejap jika bercakap bersamamu."

*****

Nasya mendudukkan dirinya di taman yang berada di belakang rumah sakit yang ia tempati.

Sejuk, dan tenang.

Itulah yang kini tengah ia rasakan, semacam meringankan berbagai pikiran yang membuat kepalanya terasa begitu berat.

Segala perasaan menghampirinya. Namun, rasa kecewa tetap menyelimutinya.

Hingga detik ini, ia masih menunggu kedua orang tuanya sekedar datang menjenguknya walaupun hanya sekejap saja.

"Ngapain?" Nasya menoleh ke arah sumber suara.

"Huh? Lagi nyari udara seger aja," Ujarnya.

"Dingin,"

Sekali lagi Nasya melirik ke arah Razan, lelaki itu tampak berpenampilan seperti biasa, memakai kaos hitam polos, serta jeans hitam ditambah sneakers abunya.

Rambutnya dibiarkan berantakan, menambah kesan cool bagi siapa saja yang melihatnya. Tetapi, sorot dingin tak pernah lepas dari wajahnya.

"Kenapa gak sekolah?" Tanya Nasya.

"Jaga lo," Nasya mengernyit.

"Sekolah, Zan. Gue gak apa-apa padahal, gak mesti dijaga." Ujar Nasya lalu terkekeh kecil.

"Besok sekolah ya, jangan bolos terus, kasian guru-guru ngurusin lo terus." Ujarnya lagi.

"Biar guna,"

"Pokoknya besok harus sekolah ya!"

"Hmm."

"Ayo, dingin." Razan beranjak dari duduknya.

"Nanti aja, ya?" Bujuk Nasya.

"Gak, ayo."

"Hm, yaudah ayo."

******

Seperti yang diucapkan Nasya kemarin, ia menuruti kemauan gadis tersebut untuk pergi sekolah, meskipun dia malas.

Dengan rahang tegas dan sorot wajah dingin, ia tampak berjalan dengan tenang tampan menghiraukan bisikan yang terdengar samar di telinganya.

Ia menatap lurus ke depan, tanpa sedikitpun menoleh atau bahkan terganggu dengan cemooh yang terlontar untuknya, jujur saja ia sedang malas bermasalah.

"Wah, sekolah juga lo. Gimana ngurus cewek munafik itu? atau jangan-jangan lo udah tau?"

Razan menghentikan langkahnya, tanpa menoleh sedikitpun. Ia mengenali suara ini, siapa lagi jika bukan Katrin?

"Bagus sih kalo lo udah tau, supaya gak jadi korban kayak pacar gue. Iya 'kan, sayang?" Katrin menoleh pada kekasihnya, entah sejak kapan mereka menjalin hubungan.

"Gue gak tau apa yang buat lo mau deket-deket sama gadis munafik itu, dia ngasih lo apa?"

"Anjing," Umpat Razan.

NasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang