"Ketakutan terbesarku, kehilangan untuk kesekilan kali."
*****
Pagi hari ini sangatlah sejuk bagi seorang gadis yang sudah memakai baju seragam rapih, agar dapat sampai terlebih dahulu. Biasanya Nasya tak pernah bangun sepagi ini jika bukan karena sosok Nathan sang pujaan.
"Wah pagi-pagi begini lumayan masih sepi ya?" Ucap Nasya yang sudah sampai di depan gerbang sekolahnya.
"Woi, Sya!!" Panggil seseorang di belakang Nasya. Nasya membalikkan tubuhnya, dan meliriknya.
"Tumben lu dateng pagi." Ucap seseorang yang tak lain adalah temannya Manda. Ketiga sahabatnya itu memang selalu datang lebih pagi darinya.
"Swuka swuka ghue dhwong," Ucap Nasya dengan mulut yang sedang mengunyah makanan.
"Kebisaan, telen dulu!" Ucap Maura. Nasya hanya menampilkan deretan giginya yang rapi. Ketiga temannya hanya bisa memutar bola mata jengah.
"So? Kenapa lo dateng pagi?"
"Ada angin apaan ya?"
"Sebenernya gue,"Ucap Nasya menggantungkan kalimatnya dan memainkan jari telunjuknya di dagu. Seolah dia sedang berpikir.
"Mau liat Kak Nathan, yeay!"
"Najong."
"Alay."
"Jibang."
Begitulah komentar-komentar ketiga temannya.
"Ck, gak seru ah lo pada!"
Tin tin!!
"Suara motor Kak Nathan nih!" Gumam Nasya. Lalu membalikan badannya untuk melihat sang pemilik suara motor tersebut.
Nasya membelakakkan matanya.
"Masyaallah, mata gue baik-baik aja kan?""Itu siapa cewek yang dibonceng sama Kak Nathan?!"
Ya, memang Nathan membonceng seorang perempuan cantik. Dan terlihat sangat jelas bahwa tangan wanita tersebut melingkar pada perut Nathan.
"Siapa dia?"
"Sya, yaelah ngeliatin merekanya biasa aja kali!"
"Palingan juga sodaranya."
"Iya santai aja kali, Sya."
"Udah ayo cepetan kita ke kelas." Ucap Maura lalu menarik lengan Nasya.
"Dia siapanya Kak Nathan ya?" Tanya Nasya pada Maura.
"Mana gue tau, positif thinking aja lah Sya."
"Tapi gue rasa bukan deh, Ra."
*****
"Lepasin tangan gue, Rachel!" Pinta Nathan.
"Gak mau! Emang lo gak kangen sama gue?!" Ucap Rachel.
"Bukan gitu."
"Ini disekolahan!" Ketus Nathan, Rachel langsung melepaskan tangannya.
"Ini ruang kepsek, gue ke kelas dulu." Ucap Nathan lalu pergi.
"Kenapa harus ada dia?"
"Arghhh!!"
"Than, lo kenapa dah diem mulu?" Tanya Reno.
"Gak."
"Eh btw temen kecil lo sekolah disini ya?" Tanya Rian.
"Ya."
"Gimana perasaan lo sekarang ke dia?"
"Biasa."
Fyi, Rachel adalah teman kecil Nathan dulu. Mereka sangat dekat sekali, hingga akhirnya rachel pindah dan meninggalkan Nathan saat menginjak kelas 1 smp. Nathan pernah memiliki perasaan lebih terhadap Rachel. Namun, Dulu rachel lebih memilih orang lain daripada dirinya, yang membuat Nathan benci dan tidak mau jatuh cinta lagi. Bagi Nathan semua wanita itu sama.
"Lu masih punya perasaan ke dia?"
"Gak."
"Apa, ke siapa namanya? Lupa gua. Na.. na.. Oh iya Nasya?!"
Nathan terdiam,
"Gak akan pernah!" Ketus Nathan lalu beranjak pergi meninggalkan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
أدب المراهقينSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...