39. Khawatir.

4.4K 232 41
                                    

*Play song: Indah pada waktunya-Rizky febian.*

"Jangan pergi dariku. Aku khawatir kamu tidak akan kembali lagi, meninggalkanku yang masih sangat mencintaimu."

****

"Ngapain lo? bukannya tadi lo bilang gak mau ke sini, hah?!" Ketus Maura.

Memang benar, tadi Maura sempat menelponnya dan memberikan kabar yang membuat jantungnya berdegup dengan kencang. Entah darimana ia mendapatkan ID Line miliknya. Masa bodoh, Razan tak memikirkan itu. Yang berada dipikirannya saat ini adalah Nasya, setelah mendengar kabar dari Maura yang membuatnya diam tak berkutik. Ia, khawatir bung!

Setelah hampir lama ia bergelut dengan hati dan egonya. Kini ia memutuskan mendengarkan kata hatinya, dan bergegas pergi ke rumah Nasya. Untung saja, ia hafal rumah milik Nasya.

Ia bergegas langsung menyambar hoodie hitamnya, dan menjalankan motornya. Tak peduli dengan teriakan dua manusia yang membuatnya emosi.

Setelah sampai, ia mendapati Maura sedang berdiri di depan gerbang rumah milik Nasya. Ia menangis tersedu-sedu, ada apa dengan Nasya? Ia memutuskan menghampiri Maura.

"Kenapa diam lo? bukannya tadi, lo nolak mentah-mentah ajakan gue hah?"

"Mana Nasya?"

"Telat."

"Ada apa?" Tanyanya dingin.

Maura dengan malas menceritakan kejadian yang terjadi pada Nasya, mendengar nada menyeramkan milik Razan saja sudah membuat bulu kuduknya naik. Ia memulai cerita dari awal seperti yang diceritakan oleh Bi Inem. Mengingat Nasya yang di siksa saja membuatnya kembali menangis hebat.

Razan mengepalkan kedua tangannya, mencoba menahan emosi yang menjalar di tubuhnya. Orang tua macam apa mereka? tega sekali berbuat kasar dengan anaknya sendiri. Menguncinya di gudang? menyiksanya? apa yang sebenarnya mereka pikirkan?

"Anjing." Umpatnya.

"ID Line."

"ID Line, siapa?" Tanya Maura.

"Nasya." Maura merogoh ponselnya, lalu memperlihatkan ID Line milik Nasya.

"Gue balik duluan, Zan." Pamit Maura, lalu menaiki mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Nasya.

Razan menghela nafas kasar, gadis bodoh. Kenapa dia tak bisa melawan? kenapa dia rela diam di dalam gudang itu? padahal ia bisa kabur bersama Maura.

Ia mengetikan sesuatu di ponselnya, lalu mengirimnya pada seseorang.

****

"Game macam apa nih?! masa ketubruk batu doang langsung ketangkep gorila sih?!" Gerutunya sebal ketika sedang asik bermain game Temple Run, orang yang di kejar gorila tersebut menubruk baru. Menyebabkan Game over.

Ia melupakan sedikit masalahnya dengan bermain game. Untung saja gudang tersebut tersedia baju lamanya semua. Lengkap dengan Charger ponsel miliknya.

NasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang