"Ternyata benar, setiap seseorang pasti memiliki titik lelah."-Nathan.
*****
Pagi yang cerah, Nasya awali dengan senyum cerianya. Dia sudah selesai bersiap-siap, tinggal beberapa menit lagi ia akan bergegas berangkat ke sekolah tercintanya.
"Huftt.."
"Lo harus bisa Sya, semangat!!"
"Pokoknya gue gak boleh ketemu, Kak Nathan."
"Pasti bisaa!!"
Akhirnya, Nasya pun bergegas ke sekolah dengan tampilan cantik seperti biasa.
"Masih pagi banget elah, ck!"
"Tapi syukurlah gue gak ketemu Kak Nathan, hehe."
Nasya terus saja berjalan tak menatap jalan, matanya fokus ke belakang. Ia takut jika-jika dibelakangnya ada Nathan.
Langkahnya terhenti, karena tanpa sengaja tubuh mungilnya menabrak dada bidang milik seseorang.
"Astaghfirullahh, bau nya kok kayak Kak Nathan ya? Ah tapi gak mungkin, nengok ke atas aja kali ya?" Nathan yang medengar celotehan gadis di depannya ini hanya bisa tersenyum tipis.
Akhirnya Nasya memberanikan diri menatapnya. Mata Nasya membulat seketika.
"Aduh emak, kalo kaya begini Nasya akan gagal move on." Nasya bergumam kecil.
"Lo ngomong sama siapa?" Ujar Nathan.
"H-hah? E-enggak kok Kak, hehe." Jawab Nasya terbata. Nathan menaikkan sebelah alisnya.
"Maaf Kak, gu-gue duluan ka." Ucap Nasya setelah itu pergi.
Nathan menatap punggung Nasya yang menjauh. Lalu terkekeh geli saat mengetahui Nasya mulai menjauhinya.
"Sebisa apa lo menjauh dari gue?" Nasya menampilkan senyum smirknya.
*****
Nasya memasuki kelasnya dengan nafas yang memburu, dia tidak boleh gagal. Bagaimana pun juga niatnya untuk menjauh harus berhasil.
Nasya menduduki bangkunya, Maura sudah setia berada di sisinya.
"Kenapa lo Sya? Kaya abis dikejar anjing aja."
"Eh- engga kok hehe, tadi gue lari pagi aja biar sehat bugar gitu, hehe." Nasya tersenyum memperlihatkan semua giginya.
Tiba-tiba guru mereka pun memasuki kelasnya.
"Assalamualaikum, anak-anak."
"Waalaikumsalam, Bu." Jawab mereka serentak.
"Ibu kesini mau mendata kalian, siapa saja yang akan hadir di acara promnight ulang tahun sekolah kita. Siapa saja yang mau ikut?"
Semuanya mengangkat tangannya.
"Eh salah deng, maksud ibu perwakilannya saja, hehe."
"HUUU IBUUUUUUU...."
"Maafkan ibu murid-murid sekalian.." Ujarnya dramatis.
"Oke jadi ibu akan pilih untuk acara promnight nanti, jadi ibu akan pilih..."
"Nasya dan Rio!" Serunya riang.
"APA BU?!!" Teriak Nasya dan Rio berbarengan.
"Gak bu, saya gak mau." Ucap Rio.
"Nasya aja santai aja, kok kamu yang sewot sih?!"
"Atuh Bu, Nasya m kan orangnya bodo amatan ck." Keluh Rio.
"Sudah, keputusan ini tidak dapat di ganggu gugat, mengerti Rio Nasya?!"
"Ya, Bu." Sahut Rio. Sedangkan Nasya masih sibuk menyalin tugasnya.
"Nasya kamu dengar ibu kan?"
"Hah? apa, Bu?"
"Mengerti tidak sayangku?"
"Alay, Bu!"
"Kurang ajar kamu ya murid durhaka."
"Eh astaghfirullah. Iya Bu, Nasya mengerti."
"Jadi setuju kan kalian kalo Nasya dan Rio jadi perwakilan kelas ini?"
"SETUJUU BUUU!!"
"Oke kalo gitu, dan kalian sisanya tetap mengikuti acara tersebut, tetapi tidak mengikuti acara Promnightnya guys!" Lanjutnya
"Cie babang Rioo!!"
"Uhuk uhuk..."
"Wagelaseh sosweet bingits maygat!!"
"Anjer couple goals inimah, hahaha."
"Aaa poteq dede!!"
"Abang Rio selingkuh!!"
"Dede gak terima, A!!"
Dan kelas yang semula damai pun menjadi riuh karena Rio fernando, murid yang termasuk Most Wanted sekolahnya juga. Siapa yang tidak suka? Wajah tampan, kaya, anak basket, apalagi? Dia tidak beda jauh dengan Nathan, hanya saja Nathan memiliki daya tarik yang lebih kuat.
Fyi, A.K.A Rio. Si cuek idaman SMA Galaxi. Menyukai gadis ceria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nasyaa
Novela JuvenilSaat senyum, adalah sebuah alasan bertahan dalam lara yang berteman. Sekedar kata hampa, rasa, dan peran utama. Sekedar pertemuan, kilasan, dan kalimat perpisahan. Tentang gadis tegar, kalimat penenang, serta segala putus asanya. Nathan Alvaro Melvi...