21. Fake smile.

4.1K 379 7
                                    

"Silahkan menjauh. Tapi, jika kamu butuh aku, aku masih tetap di tempat yang sama."

*****

"Morning Maurakuuuu!" Ucap Nasya dengan seriang mungkin.

"Masih bisa fake smile, hm?" Ucap Maura.

"Gak kok, Nasya sedang senang saja hari ini Ra!!"

"Gak usah bohong."

"Beneran ko Ra, pulangnya anter gue yaa? Kita berdua aja. Ibu nyuruh gue ke rumahnya, dan lo tahu? Setelah beberapa lama, akhirnya gue bisa menenumukan ibu kembali, gue sudah gak sabar pengen peluk dia dengan erat!!" Ucap Nasya dengan semangat.

Memang semalam ibunya menelpon agar Nasya datang ke rumahnya. Entah apa, yang jelas Nasya sangat senang, dan sudah tidak sabar ingin memeluk sang ibu.

*flashback On.

Nasya sedang berada di balkonnya menikmati semilir angin malam yang menerpa wajah cantiknya, matanya terpejam.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada yang menghubunginya.

Nomor tidak dikenal, dengan enggan Nasya mengangkatnya.

"Hallo?"

"Nasya?" Mata Nasya membulat sempurna, wajahnya berbinar, dan tangannya menutup mulut karena masih tidak percaya bahwa yang menelponnya adalah Rena, Ibunya.

"Ibu? Ibuuu, Nasya kangen..." Nasya sudah tidak dapat membendung air matanya.

"Gak usah basa basi kamu," Ketus ibunya. Ya, memang ibunya setelah berpisah dengan ayahnya menjadi kasar, sering membentak dan terkadang memukul Nasya. Itu sebabnya Nasya sangat sensitif bila ada seseorang yang membahas tentang keluarganya.

Dulu keluarganya bisa dibilang sangat harmonis. Bagaimana tidak? Ayah Nasya adalah seorang pengusaha ternama diindonesia, dan ibunya pemilik butik terkenal di kotanya. Hingga akhirnya mereka bercerai, karena ayahnya tergoda oleh wanita penggoda yang sangat menjijikkan. Dan semenjak itu mereka tidak memperlakukan Nasya layaknya seorang anak. Psikologis Nasya sempat terganggu karena mereka, tapi apa mereka peduli? Tidak. Ingin tahu saja mereka tidak mau. Ibunya menikah lagi, ayahnya pun begitu, ntahlah sekarang mereka berada dimana. Fasilitas yang mereka berikan memang sangat lebih dari cukup, rumah mewah, uang, kendaraan, semuanya lengkap. Hanya saja, tidak lengkap bila tidak ada kasih sayang seorang orang tua. Menyedihkan bukan?

Kini ia hanya tinggal bersama pembantunya yang notabenya sudah lama mengabdi dengan keluarga Nasya, bahkan Nasya sudah menanggap ART itu ibunya, karena hanya ia saja yang peduli pada Nasya.

Ingatannya selalu kembali terjatuh pada perlakuan ayah dan ibunya yang dengan teganya memperlakukan Nasya dengan kasar. Tak jarang jika mereka ribut, Nasya lah yang akan terkena tangan kasar mereka.

Tamparan, jambakan, bahkan pukulan sudah sangat tidak asing lagi bagi Nasya. Ia gadis kuat, percaya itu.

Nasya menghapus air matanya.

"Lalu, ada apa ibu menelepon Nasya?"

Tawa smirk terdengar di sebrang sana.

NasyaaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang