"Yan! Ini surat panggilan yang ke berapa coba? Rasanya laci meja Papamu penuh sama surat ini terus"
Jadi begini, suasana sore kali ini agak mencekam karena Rasyid a.k.a Bunda cantik lagi marah-marah. Kenapa? Karena Fabian Harahap buat ulah lagi dan lagi, sampe entah surat panggilan ke berapa yang datang.
Bian kena sidang sama Bundanya di ruang tengah btw.
"Kemarin berantem sama---siapa namanya? Saha?"
Bian mendengus pelan, dia tuh sebenernya pengen ketawa tapi Bundanya lagi maung mode on. "Sanha namanya, Bunda"
"Itu! Terus sekarang berantem sama siapa lagi kamu?" Rasyid lipat kedua tangannya di dada. Dia udah capek ngurusin rumah, di tambah pula sama Bian yang berulah. Mana setiap minggu bisa sampe 2 kali SPO datang ke rumah.
"Sama Bang Eric,"
"Abang? Kakak kelasmu? Yan, kamu ini kenapa sih hobi berantem?" Rasyid pasrah, dia nggak tau harus gimana lagi ngehadapin sikap preman sekolah anaknya.
"Ya salahnya duluan lah. Ngapain jelekin Bibin? Orang yang mulutnya kelicinan itu bagusnya ditampol, Nda"
Kan. Alasannya pasti sama.
Seorang Fabian pasti berantem karena Davin.
"Ya nggak tiap minggu juga, Fabian! Kamu kira Bunda enak apa ke sekolahmu terus tiap minggu? Untung ada Om Dirga yang mau ngurusin ulahmu disekolah sana,"
"Ya terus Bunda mau aku gimana? Bian ya Bian. Fabian itu anak bandel, bukan kutu buku yang kerjanya nangkring di perpus" Oke. Bian mulai ngelawan.
Rasyid berdecak, kemudian bergumam pelan. "Kenapa sih dulu Papamu hobi berantem? Jadi nurun gini di kamu"
Ternyata masih di denger sama Bian. "Ya namanya Papa yang buat, wajarlah"
"Heh! Mulutnya!"
Bian kesel. Kupingnya panas. Kepalanya sakit. Mana pipinya yang kena tonjok masih rada nyut-nyutan.
"Terserah! Bunda capek ngurusin kamu!"
Habis itu tinggal lah Fabian sendiri di ruang tengah. Bundanya pergi gitu aja ke kamar, padahal ini udah hampir waktu maghrib--biasanya Bunda nunggu Papanya pulang jam segini.
Tadinya Bian mau nangis aja, soalnya badannya udah sakit semua, mana Bundanya nambah ceramah lagi. Bian nggak kuat. Baru dia nenggelamin wajah di lututnya, eh ada yang manggil.
"Fabian,"
Bian noleh ke pintu. "Papa"
"Udah marahannya sama Bunda, hm?"
Bian menggeleng, bibirnya manyun, matanya sudah berair. Ah, ini lah Bian yang asli. Yang sensitif kalo dimarahin Bunda sama Papanya.
Fansyah--sebagai Papa yang baik langsung ngerangkul Bian sambil ngucapin 'cengeng kamu'.
"Hush! Jangan nangis, sholat gih udah adzan"
Setelah itu naiklah Bian ke kamarnya, sementara Fansyah ke kamarnya----dan Rasyid lah.
"Rasyid?"
Fansyah masuk ke dalam kamar dan temukan istrinya lagi duduk di pinggir kasur dengan mata terpejam.
"Heh, gendut" hidung istrinya di cubit gemas.
"Ish! Apa sih, Kak?"
Dari dulu, panggilan mereka berdua masih nggak berubah. Masih 'Kakak-Adek'.
KAMU SEDANG MEMBACA
TKJ dan AKUNTANSI | taekook
Fanfiction[DO NOT USE MY CHARACTERS NAME!] Kisah cinta dan persahabatan bobrok Taehyung Alfansyah, si Letnan Sianeda dari jurusan Teknik Komputer dan Jaringan. (9.12.2017) #21 in fanfiction (25.5.2019) #2 in taekook (12.8.2019) #2in vkook Hars words! 8.10.20...