21; mereka pisah

3.8K 700 118
                                    





Kejadiannya tahun lalu, sewaktu Fabian baru masuk kelas 11.

Waktu itu tengah malam dan Bian yang kehausan turun ke lantai bawah--mau ambil minum.

Tapi ada satu hal yang buat Bian heran, yaitu lampu dapur.
Soalnya kalau semua orang rumah mau tidur pasti cuma lampu tangga sama lampu yang ada diluar saja yang nyala, selebihnya dimatikan semua.

"Bunda lupa matiin kali," monolog Bian pelan dengan mata yang setengah terpejam.

"Terus kamu masih juga komunikasi sama si exy exy itu kan, Kak?"

"Dia sekretarisku sementara sampai Dirga balik, Dek"

"Dari awal ya, Kak. Aku nggak pernah suka sama sekretaris penggantimu itu!"

"Jadi maumu gimana? Kamu kira mudah nyari sekretaris baru di waktu mepet kayak gini?"

"Kamu itu nggak pernah sadar ya? Dia itu modus! Bahkan dia ngasih sesuatu di makananmu"

"Tau darimana? Hah?!"

"Aku lihat sendiri! Bahkan Bibin waktu itu tau"

16 tahun sejak Bian lahir, baru kali ini dia dengar orangtuanya bertengkar. Selama ini palingan cuma adu mulut kecil doang.

"Aku capek ya gini terus,"

"Terus kamu kira cuma kamu doang yang capek, hm?"

"Sama-sama capek kan? Yasudah, ayo pisah"

Dan Bian nyesal datang ke dapur waktu itu.

Tanpa peduli soal tenggorokannya yang kering, dia langsung ambil langkah mundur dari dapur dan kembali ke kamar. Masuk kedalam kamar dan sembunyi di dalam selimut, dia...cuma mau tidur tenang, tapi sayangnya matanya tidak mau diajak kerja sama.









|

Pagi harinya, Bian nggak mau keluar kamar sama sekali. Sampai Syahfira aja susah bujuknya.

"Baaang! Abang ngapain sih? Ayo bangun!"

Selimut berwarna abu-abu milik Bian di tarik sampai kepala si empunya terlihat.

"Bang! Bangun ih! Kalo nggak bangun ntar Honey starsnya samaku aja ya?"

"Hm"

Lah?

Fira heran dong. Abang sekaligus kembarannya ini maniak sereal--turunan Bunda--biasanya diminta sebiji aja nggak akan dikasih.

Lah ini dengan mudahnya bilang hm.

"Bang? Kenapa dah?"

"Gapapa,"

"Heh, kautu gosah kek cewek lah, Yan"

Bian mendengus. Males tau denger batak adeknya keluar.

"Bacot,"

Serah! Pokoknya Fira udah bujuk!


Selang sepuluh menit, kali ini Bunda yang masuk ke kamar anak sulungnya.

Duduk di pinggir kasur, jari-jari Bunda bergerak untuk usap kepala anak sulungnya.

"Yan, nggak makan?"

Begitu Bunda yang tanya, dia langsung duduk menghadap Bunda "Orang ganteng lagi diet, Nda" sambil tersenyum kecil.

"Apasih sok diet? Emangnya kamu pihak bawah?"

"Hehe, diet sekalian olahraga. Biar kotak-kotak"

Bunda ketawa sambil menyentil pelan kening Bian. "Biar apa? Biar Bibin suka, gitu?"

"Jelas lah,"

Bunda masih geli aja bayangin Bian sok diet terus pas tengah malem nyolong ayam di dapur.

Selagi Bunda terkekeh, diam-diam Bian perhatikan bagaimana Bunda masih bisa tertawa setelah kemarin?

"Bunda,"

"Ya?"

Tangan Fabian terulur, tangkup sebelah pipi Bunda cantiknya.

"Bunda, kenapa masih bisa senyum?"

Rasyid otomatis diam. Dia sempat berpikir kok tiba-tiba Bian ngomong begitu dan akhirnya dia tau setelah lihat tatapan anak sulungnya.



















"Bian, kalau Papa sama Bunda pisah....Bian jaga Papa ya?"
































------
Ayemyuuuu
Aysimi in yuuuu




TKJ dan AKUNTANSI | taekook Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang