Brughh!!!
Aku terjatuh dengan suara keras. Tubuhku tergeletak sambil menatap matahari yang menyilaukan mata. Sial....
Nenek Ranshia berdiri dengan kedua tangan di belakang tubuhnya. Dia mengalahkanku tanpa menggunakan tangannya.
Aku tersenyum pahit. Luar biasa.
Sial, aku kalah lagi. Ini sudah yang ke berapa? Ke-73 dalam dua minggu? Entahlah, aku hilang hitungan setelah kali ke empat puluh lima.
Yang kutahu adalah aku belum pernah menang melawan nenek Ranshia.
"Kenapa Shinnichi-san? Apakah kamu sudah menyerah?" Tanya nenek cat-kin itu.
Aku dengan susah payah mengangkat tubuhku dari tanah. Seluruh otot di tubuhku terasa pegal dan panas.
"Be-belum..., aku belum menyerah...."
"Oh? Semangatmu luar biasa ya." Nenek Ranshia tersenyum senang.
"Karena aku ingin belajar." Jawabku, aku membalas senyumannya.
"Hohoho, kalau begitu," dia mengambil kuda-kuda. "Ayo maju."
Aku menyeringai lelah. "Tentu."
Aku menendang tanah dan melaju ke arahnya. Tangan kananku yang sudah kuubah menjadi Abbysal Mist.
Jarak kami sudah hampir 2 meter. Aku akan berhasil!
Itu yang kupikirkan, sebelum nenek Ranshia menghindar ke samping dengan satu langkah. Aku hanya bisa menatapnya terkejut saat dia mengangkat kaki kirinya lalu menendangku ke tanah.
DURGH!!!!
Sebuah lubang besar yang seukuran dengan tubuhku terbentuk di tanah yang keras. Aku terbenam di situ.
A-aku kalah lagi....
"Apakah kamu sudah mengerti?" Tanyanya untuk ke sekian kali.
Dia selalu menanyakan itu setelah kami selesai berlatih. Entah apa maksudnya.
Aku terbatuk beberapa kali. Mencoba mengeluarkan tanah dari tenggorokanku.
"Be.. uhuk! Belum..." Aku membalikkan badanku.
"Belajar lagi ya." Nenek Ranshia berjalan pergi sambil tersenyum kecil.
Aku menghela nafas. Maksudnya apa sih?
"Se-sensei? Anda tidak apa-apa?" Genia menghampiriku.
"Ah, aku tidak apa-apa kok."
Sekali lagi, aku mengangkat tubuhku dengan susah payah. Kali ini, dibantu Genia.
"Se-seharusnya anda tidak memaksakan diri." Katanya.
"Tidak." Aku mengadahkan kepalaku. "Aku ingin kekuatan. Walaupun aku harus melakukan segalanya."
"Se-sensei memang selalu begitu...." Katanya pelan.
Aku bangun lalu berjalan ke arah nenek Ranshia dan Anggria yang sedang duduk di bawah pohon rindang. Genia mengikutiku. Kami duduk bersama mereka.
Aku mengambil sepotong kue lalu memakannya. Rasa anggur. Agak asam, tapi ini cukup seimbang dengan rasa manisnya. Waktu pemanggangan sepertinya terlalu lama. Terlalu lama tiga menit, menurutku. Tapi, secara keseluruhan ini kue yang enak!
Aku mengambil gelas berwarna putih dengan ornamen bunga ungu. Isinya adalah jus dari buah yang bernama Passiflora edulis atau lebih gampang disebut markisa. Cairan itu mempunyai rasa asam dengan rasa manis di dalamnya. Gulanya kurang sehingga rasa asamnya agak menonjol. Tapi, secara keseluruhan ini jus yang enak!
KAMU SEDANG MEMBACA
Re : Turning from Another World [Dropped]
FantasyPenindasan. Itulah yang dialami oleh tiga sahabat sebelum mereka dipanggil ke Dunia lain. Dunia sihir dan pedang. Mereka berharap dunia baru ini dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih menyenangkan. Namun, takdir berkata lain. Penindas mereka juga...