Ini sudah hari kedua. Sepertinya jika Genia dan Aku terus berjalan, Kami akan sampai di penghujung hari. Ternyata ibukota sejauh itu.
Entah darimana, Genia membawa sebuah semangka dan sekotak penuh jeruk manis untuk sarapanku. Dia juga berbau dan berlumuran darah. Awalnya, Aku akan bertanya tapi karena Dia membawa buah-buahan yang manis, Aku membiarkannya saja.
Aku benar-benar guru yang baik ya.
Aku mengambil sebuah jeruk, mengupasnya lalu memakannya. Ah~ manisnya~
Aku tidak akan pernah puas memakan makanan yang enak. Ini efek samping dari memakan daging hambar yang masih terasa darahnya selama dua bulan di dungeon sialan itu.
Setelah menemui Fiona-sama, Aku akan pergi untuk menaklukkan dungeon-dungeon yang ada di dunia ini. Tentu saja sambil mencicipi makanan yang enak. Hidup tanpa makanan enak itu tidak enak.
Ah, itu tidak masuk akal.
"Gaa!! Tolong!! Seseorang!! Tolong Kami!!!" Aku mendengar teriakan seorang laki-laki.
"S-sensei!" Genia menatapku.
"Tenang saja."
Schwarz, bagaimana? Apakah orang itu benar-benar butuh pertolongan?
Iya, ada banyak hawa negatif di sekelilingnya. Sepertinya Dia dikepung oleh monster.
Begitu ya? Terimakasih.
Dengan kemampuan untuk merasakan hawa negatif Schwarz, Aku tidak perlu repot-repot untuk melakukan tindakan. Jika ada seseorang yang berpura-pura meminta tolong, Aku akan menembaknya langsung di kepala.
"Ayo Genia." Kataku.
"Ba-baik! Sensei!"
Kami berdua langsung berlari menuju sumber suara. Sekitar tiga detik kemudian, Kami sampai.
Ada sebuah kereta kuda berwarna hitam yang terbalik. Ada tiga ekor kuda yang terkapar di tanah, sekarat. Sepertinya kereta itu baru saja diserang.
Tak jauh dari sana, ada sekelompok monster semut raksasa yang sedang mengepung dua orang. Beberapa ksatria berzirah yang sudah mati tergeletak bersimbah darah.
"Tidakk!!! Tolong!!" Orang yang berteriak minta tolong itu adalah seorang paman dog-kin. Dia sedang mengayun-ayunkan tangannya dengan liar. Mencoba untuk menghalau monster semut itu.
"K-Kita harus menolongnya sensei." Kata Genia.
Aku merubah tanganku menjadi Dominator. "Iya iya, Aku tahu." Aku membidik salah satu dari monster itu.
Duarr!!!
Monster itu meledak dan memuncratkan cairan berwarna hijau terang. Itu darah kah?
Sementara Aku menembaki monster-monster itu satu persatu, Genia melesat ke depan dengan pedang di tangannya.
Cruk! Cruk! Jleb!!
Dia memotong kaki-kaki Mereka lalu menusuk kepala Mereka. Dalam beberapa detik, monster-monster semut itu meninggalkan dunia ini.
Genia kembali ke sisiku saat Aku menghela nafas. Monster di sini terlalu lemah. Apakah tadi monster peringkat F?
"T-tuan...." Paman dog-kin tadi memanggilku. Dia bersujud di depanku.
"Te-terimakasih! Kami sangat tertolong! Terimakasih! Benar-benar terimakasih!"
"A-ah, tidak usah dipikirkan." Kataku bingung.
"Tidak! Jika bukan karena Kalian, Kami pasti sudah meninggal."
Kami? Siapa satunya?
Ah! Ini pasti adegan di mana seorang bangsawan berterimakasih padaku. Ini sering terjadi di novel fantasi jadi Aku tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re : Turning from Another World [Dropped]
FantasíaPenindasan. Itulah yang dialami oleh tiga sahabat sebelum mereka dipanggil ke Dunia lain. Dunia sihir dan pedang. Mereka berharap dunia baru ini dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih menyenangkan. Namun, takdir berkata lain. Penindas mereka juga...