Penampilan Scaler di babak eliminasi membuat seluruh Colloseum bersemangat. Mereka tidak sabar melihat pertandingan Scaler yang selanjutnya.
Dalam sekejap, pertandingan peserta lain dilupakan. Tidak ada tepuk tangan dan sorakan yang berapi-api. Semua tepuk tangan yang diterima peserta lain hanyalah kesopanan belaka.
Para Tetua geram. Bagaimana bisa satu orang mengambil hati seluruh rakyat? Mereka sudah melakukan segalanya.
Peserta menggunakan sihir terhebat mereka. Melakukan akrobat-akrobat yang melampaui batas. Semuanya tidak bisa meninggalkan kesan tertentu di hati para penonton.
Mereka sudah tahu bahwa itu semua hanyalah kedok untuk menarik perhatian mereka ke para Bangsawan. Rakyat Elfria yang sebagian besar adalah rakyat jelata tentu saja tidak tertarik.
Scaler, di sisi lain, berbeda. Meskipun mereka belum mengerti identitas aslinya, para rakyat sudah mengaguminya. Ia merupakan pilar harapan bahwa rakyat jelata bisa menang melawan bangsawan.
Scaler mengingatkan mereka bahwa kalangan biasa bisa menjadi luar biasa jika seseorang cukup berani untuk melakukannya. Saat ini, Scaler adalah orang pemberani itu. Sebuah api terpercik di hati para rakyat saat mendengar Scaler mengalahkan para bangsawan.
Mereka tidak mau menerima doktrin yang mengatakan bahwa bangsawan adalah orang yang diutamakan. Mereka mulai melawan sistem yang curang ini.
Melihat prestasi Scaler alias Synd, tiga dari lima tetua, Achfar, Damari, dan Fatima bisa merasakan keringat dingin membasahi punggung mereka. Mereka tidak menyangka bahwa taruhan yang awalnya mereka remehkan bisa membuat mereka tegang seperti ini.
Mereka mempertaruhkan suara mereka. Meskipun tidak mengetahui arti dari taruhan itu. Mereka mengerti satu hal.
Jika mereka tidak melakukan sesuatu, mereka akan kalah!
Jika mereka mengekspos identitas asli Scaler, mereka mungkin bisa membuatnya dieliminasi. Tapi, ia sudah berada di babak ketiga. Babak terakhir dimana peserta terbaik sudah terpilih.
Jika mereka memberi tahu identitasnya, para Tetua dan seluruh Bangsawan akan menanggung malu. Kalah dengan seorang Elf yang tidak bisa menggunakan sihir? Penghinaan semacam itu tidak bisa mereka terima.
Pada akhirnya, para Bangsawan hanya bisa menggigit bibir mereka dan berharap agar Synd tersedak ludahnya sendiri. Tanpa mereka ketahui, seorang Dewa mendukung Synd. Kekalahan bukan suatu pilihan baginya.
❂❂❂❂❂❂
Pertandingan kedua Scaler akhirnya dimulai.
Jiwa penonton yang mulai bosan melihat pertarungan palsu kini mulai memancarkan semangat. Sorakan penggemar Scaler mulai terdengar.
Saat Scaler menjejakkan kakinya kembali ke arena, sorakannya menjadi lebih keras. Scaler hanya menunduk seperti biasa.
Kali ini, lawannya adalah seorang Elf Ksatria. Salah satu dari 'rekan' Synd saat ia bergabung dengan satuan Elven Guardian.
Meskipun rekan, Synd tidak mempunyai ingatan yang indah bersama mereka. Ia hanya diabaikan dan dihina. Sama seperti orang lain.
"Lihat siapa ini. Elf gagal yang hanya bisa diam saat diremehkan."
Tidak jauh berbeda dengan peserta pertama yang melawan Synd, Elf Ksatria ini ceroboh.
Dia meyakini bahwa kemenangan Synd di pertandingan sebelumnya terjadi karena ia melawan seorang penyihir. Jika melawan lawan yang sama, Synd pasti akan kalah.
Itulah yang berada di pikirannya. Ia yakin bahwa gaya pedangnya lebih bagus daripada Synd.
Synd hanya diam. Elf ksatria itu tidak salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re : Turning from Another World [Dropped]
FantasíaPenindasan. Itulah yang dialami oleh tiga sahabat sebelum mereka dipanggil ke Dunia lain. Dunia sihir dan pedang. Mereka berharap dunia baru ini dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih menyenangkan. Namun, takdir berkata lain. Penindas mereka juga...