Setelah hampir enam jam tidak melihat sinar matahari, aku keluar dari perpustakaan.
Saat melihatku keluar dari perpustakaan, pandangan semua orang terpaku padaku. Bagaimana tidak? Aku menggendong Ratu mereka seperti seorang anak kecil yang ketiduran di depan TV.
Phistophia masih tidak sadarkan diri selama perjalanan keluar. Walaupun lemah, dia masih bernafas. Yah, itu juga baik untukku.
Apa yang akan terjadi jika Ratu para Elf ditemukan meninggal di tangan seorang sepertiku?
Mengabaikan tatapan mereka, aku melompat ke arah istana di samping perpustakaan. Saat di tengah-tengah udara, aku mengubah tanganku menjadi Dominator lalu menembakkan sebuah peluru Mana kecil ke sebuah dinding.
DUM!!!
Sebuah lubang berdiameter sekitar 8 meter tercipta. Dinding mereka agak lemah ya?
Aku masuk ke dalam istana lewat lubang itu. Aku melihat-lihat sebentar. Sepertinya aku menjebol dinding ruang kerja sang Ratu.
Sambil membenarkan posisi Phistophia, aku membuka pintu ruang itu. Sebuah lorong panjang.
Di depan pintu, ada sepasang ksatria penjaga. Mereka entah kenapa terduduk dengan ekspresi ketakutan.
"Ah, nasibku baik," kataku. "Apakah kalian tahu kamar tidur Ratu?"
Salah satu dari mereka, dengan gemetaran, menunjuk sebuah pintu berornamen tak jauh dari tempatku berdiri. Hanya berjarak dua pintu.
"Oh, terima kasih." Aku berjalan ke ruangan itu.
Di dalam ruangan itu ada sebuah ranjang mewah berwarna merah marun dengan ukuran 4×8 meter. Ornamen mewah menghiasai ruangan. Lantainya benar-benar bersih sampai-sampai aku bisa bercermin di atasnya. Ruangannya juga luas. Suhunya juga tidak terlalu dingin, tidak juga terlalu panas.
Tapi, yang mengambil perhatianku adalah ranjangnya. Ranjang itu bahkan lebih besar daripada kamarku di rumah. Aku merasa sedikit iri.
Aku berjalan menuju ranjang itu lalu membaringkan Phistophia di atasnya. Dia masih belum siuman. Bercak hitam semakin menyebar di tubuhnya. Kini setengah wajahnya sudah tertutup bercak hitam itu.
Aku menghela nafas. Merepotkan sekali.
Aku dengan malas menaruh tangan kiriku di atas kepalanya. "[Light Magic : Healing Light]."
Sebuah cahaya kehijauan menyelimuti Phistophia. Bercak hitam itu mulai menghilang dengan laju yang benar-benar lambat. Dan, meskipun merapalnya dengan setengah hati, sihir yang keluar dari tanganku masih setingkat sihir Holy.
Aku terus melakukan ini selama beberapa saat. Karena bosan, aku mengambil beberapa buah apel dari [Infinite Storage] lalu memakannya.
Oh, seseorang datang.
Brak!!!
Pintu kamar terbuka lebar. Orang yang membukanya adalah Fierre, ayahnya, dan seorang gadis Elf. Adiknya, kurasa.
"Phistophia!"
"Ibunda!"
"IbuーE-EH!? Shinnichi-sama!?"
Aku hanya mengangkat tanganku yang sedang memegang apel, mengangguk, lalu menggigit apel itu.
"Makhluk sialan! Kau apakan Phistophia!?" Ayah Fierre langsung mengangkat tangannya, hendak menyerangku dengan sihir.
"Ayahanda! Berhenti!" Fierre berdiri di depan ayahnya sambil merentangkan kedua tangannya. "Dia sedang menyembuhkan Ibunda!"
Setelah seruan Fierre, ayahnya pun menurunkan tangannya. Walaupun masih menatapku dengan kebencian yang jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re : Turning from Another World [Dropped]
FantasyPenindasan. Itulah yang dialami oleh tiga sahabat sebelum mereka dipanggil ke Dunia lain. Dunia sihir dan pedang. Mereka berharap dunia baru ini dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih menyenangkan. Namun, takdir berkata lain. Penindas mereka juga...