"Halo, Kurobane Shinnichi." Suara bening itu menyapa telingaku.
Suara terkutuk yang menyebabkan seluruh penderitaan yang kulalui. Suara dari Dewi Kehancuran,
"Aqrina..."
Aku menatap sosok wanita berambut hitam dengan gaun putih panjang. Sepasang sayap megah di punggungnya. Cahaya hangat terpancar dari tubuhnya.
Penampilannya itu menyembunyikan sifat kejinya dengan sempurna.
"Oh? Kamu masih mengingatku ya?" Dia menutupi wajahnya, pura-pura terkejut. "Aku senang~"
"... Apa yang kau inginkan?"
"Oh ayolah~ kenapa kamu begitu dingin denganku?" Dia tersenyum. "Bagaimana Zelfria?"
"Kerajaan Victoria, menyedihkan. Benua Ronzi juga lumayan." Aku mengangkat bahuku. "Bagaimana denganmu?"
"Aku baik-baik saja kok~" katanya penuh dengan nada bermain. "Kau begitu santai ya? Tidak seperti pertemuan kita yang pertama."
Santai? Mana mungkin.
Aku hampir tidak bisa menahan gemetar di tangan dan kakiku. Jika aku lengah sedikit saja, aku bisa pingsan.
Aku berhadapan dengan seorang Dewa. Apapun itu, aku harus waspada. Meskipun aku kuat, aku hanyalah seorang lalat bagi seorang Dewa.
Tapi, aku tidak bisa menunjukkan ini ke Aqrina. Apabila dia tahu, dia bisa langsung menghabisiku.
Aku tersenyum samar. "Yah, begitulah."
"Fufu, imut juga ya~"
Aku terkekeh. "Apa tujuanmu memanggilku lagi?"
"'Aku ingin bertemu denganmu~' itu yang akan kukatakan, tapi aku sudah tidak bisa berbohong lagi." Dia masih mempertahankan senyumnya.
"Kurobane Shinnichi, kau sudah tahu tujuan asliku kan?"
Aku menelan ludahku. Ini gawat.
"Kurobane Shinnichi, kau tahu kan kalau aku ini Dewi Kehancuran?" Dia bertanya.
Aku mengangguk untuk menanggapinya.
"Apakah kau tahu? Selain kehancuran, aku juga menyukai keseimbangan," katanya lagi. Dia masih melayang-layang di udara. "Apakah kau tahu alasan diriku tidak memberimu berkahku?"
"Berkah? Maksudmu cahaya yang kau berikan saat kami pertama kali dipanggil?"
"Tepat~" jawabnya santai. Dia berbaring di udara sambil mendayung kakinya. "Apakah kau tahu alasannya?"
Aku menggeleng.
"Karena kau itu salah satu dari ketidakseimbangan," katanya. "Aku sudah memilih enam orang yang berbakat untuk dipanggil,"
"..."
"Akihiro Izumi, ahli berkelahi. Mikazuki Yonaka, ahli berpanah. Kojima Himekaze, ahli berpedang. Makoto Sakuragi, ahli olahraga. Fumesaki Erina, ahli di bidang kesehatan. Jinba Samejima, jenius dalam bela diri. Sebuah party yang seimbang," jelasnya sambil tersenyum lebar. "Seorang Tanker, Ranger, Fencer, Assassin, Healer dan Swordsman. Seimbang kan?"
Aku ingin mengatakan kalau party itu tidak mempunyai Mage. Tapi, aku menahannya. Lebih baik dia tidak tahu.
"Tapi, tanpa sengaja, dirimu, yang tidak ahli dalam hal apapun, datang."
Dia tertawa kecil. Tidak, lebih tepatnya menertawakan diriku.
"Awalnya, aku tidak mempermasalahkannya. Aku kira kau akan mati dalam waktu singkat. Dijatuhkan oleh orang lain karena seorang lemah sepertimu dipanggil kesana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Re : Turning from Another World [Dropped]
FantasyPenindasan. Itulah yang dialami oleh tiga sahabat sebelum mereka dipanggil ke Dunia lain. Dunia sihir dan pedang. Mereka berharap dunia baru ini dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih menyenangkan. Namun, takdir berkata lain. Penindas mereka juga...