32 - Elfria, Ibukota Elf.

4K 408 323
                                    

Aku menguap bosan. Ini sudah lebih dari sepuluh hari sejak kami meninggalkan ibu kota Birre, dan kami belum juga sampai.

Di mana? Tentu saja di kerajaan para Elf, kerajaan Elfria. Menurut buku yang pernah kubaca, Elfria adalah kerajaan yang maju di bidang sihir. Ada banyak penyihir tingkat tinggi di sana.

Aku menantikan itu. Sepertinya di sana juga ada beberapa akademi sihir. Tentunya aku juga akan belajar di sana. Mungkin selama 2 minggu. Paling lama 3 minggu. Aku tidak bisa berlama-lama di benua ini.

"Umm... Sensei, a-apakah anda merasa sejak dua hari yang lalu, kita berjalan berputar-putar?" Suara Genia dari dalam pedati bertanya.

"Benarkah begitu?" Tanyaku balik.

"I-iya, kita sudah melewati pohon besar yang melengkung ini setiap tiga jam dalam dua hari terakhir."

"Ah, benar juga." Aku bangkit dari posisi tidurku. Aku menoleh ke arqh kuda-kuda. "Kalian, berhenti."

Mendengar perintahku, mereka pun berhenti. Kuda-kuda ini cukup pintar ya.

Aku turun dari pedati lalu berjalan ke arah pohon melengkung itu kemudian menyentuhnya. Ada sejumlah kecil mana yang keluar. Saking kecilnya, aku harus berkonsentrasi untuk merasakannya.

Aku mengganti tanganku menjadi Abbysal Mist lalu mengangkatnya.

Crakk!!!

Aku menusuk pohon itu. Ada suara kaca yang terpecah saat aku menusuknya. Aku menarik Abbysal Mist. Ada sebuah batu sihir berwarna abu-abu terang. Batu sihir ilusi.

"Se-sensei!" Genia berseru.

Dia menunjuk ke depan. Aku menoleh arah yang ditunjuknya.

Di depan, sekitar tiga atau empat kilometer berdiri sebuah kerajaan besar. Kerajaan itu memancarkan sinar berwarna biru dari dalam kota. Untuk sesaat, aku mengira tempat itu berasal dari sebuah film fiksi ilmiah.

 Untuk sesaat, aku mengira tempat itu berasal dari sebuah film fiksi ilmiah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Kerajaan Elfria, source : Google)

"Oh? Jadi itu Elfria ya?" gumamku. "Cukup keren."

Aku berbalik lalu berjalan ke arah pedati. Genia masih menatap kastil itu dengan tatapan kagum.

Aku menaiki pedati lalu kembali tidur di kursi kusir. "Oi kuda, jalan ke sana." kataku.

""""Hihihi!!"""" Kuda-kuda meringkik lalu kembali melanjutkan perjalanan.

Aku mengambil sebuah apel dari [Infinite Storage] lalu memakannya. Seperti biasa, apel itu terasa segar. Seperti baru saja dipetik dari pohonnya. Kurasa aliran waktu berhenti di [Infinite Storage].

"E-emm, se-sensei, apakah anda merasakan itu?" Genia bertanya dari belakang.

"Merasakan apa?" tanyaku di sela-sela mengunyah apel.

Re : Turning from Another World [Dropped]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang