Sejak kecil, Synd terus dihindari, dihina, dan dikucilkan. Hanya sedikit orang yang berada di sisinya.
Adiknya dan Puteri Kerajaan. Adalah dua orang yang selalu menemaninya.
Selain mereka, ada juga orang yang menghormatinya. Orang itu adalah Drinz.
Dia masih bisa mengingat saat Synd pertama kali masuk ke jajaran Elven Guardian. Waktu itu, dia tidak peduli dengan Synd. Dia hanya peduli dengan kemenangan.
Pandangannya berubah saat dia pertama kali bertarung dengan Synd. Dia dengan mudah mengalahkannya. Tapi, Synd tidak menyerah. Ia terus menantangnya dan Ksatria lain untuk bertarung meskipun tidak mempunyai sihir.
Ia terus bertarung dan terus bertarung. Melatih tubuhnya agar melampaui Ksatria yang memakai sihir. Sampai suatu saat, ia berhasil menggores sebuah luka di wajah Diran.
Saat itu, hanya serangan kuat dengan tambahan sihir yang bisa melukainya. Tapi, seorang Elf yang tidak mempunyai sedikitpun Mana berhasil melukainya.
Dia masih bisa mengingat senyum Synd saat dia melemparnya keluar arena. Synd kalah, tapi entah kenapa, ia terlihat puas.
Pada saat itu, Diran merasakan rasa hormat yang tinggi pada Synd. Dia menghormati tekad kuatnya. Suatu hal yang penting untuk menjadi seorang Ksatria.
Jika Synd tidak keluar dari Elven Guardian, Diran mungkin mengangkatnya sebagai wakilnya.
Tapi dia tahu. Jika Synd tetap menjadi Elven Guardian, hidupnya hanya akan terbuang sia-sia. Ia pasti ditugaskan untuk menjadi penjaga gerbang atau gudang senjata.
Diran merasa lega saat Fierre mengangkat Synd menjadi Ksatria penjaganya. Dia tahu hidup Synd tidak akan sia-sia jika menjadi penjaga Puteri Kerajaan.
Dan sekarang, 60 tahun sejak mereka pertama kali bertemu, mereka berhadapan dengan satu sama lain. Memperebutkan gelar [Elven Champion].
Rasa hormatnya tidak berkurang. Bahkan bertambah saat dia melihat Synd melempar topengnya. Memperlihatkan wajahnya tanpa memperlihatkan keraguan sedikitpun.
Menjadi murid Dewa Kematian, menahan dan menghindari serangannya yang diperkuat sihir, mengalahkan Golem Tanah dengan satu tebasan, bahkan menggunakan sihir! Rasa keterkejutannya tidak bisa diukur.
Dia tidak menyangka Elf lemah yang hanya bisa menorehkan luka kecil bisa berkembang sejauh ini. Takdir memang tak bisa ditebak.
"Synd, kau sudah bisa menggunakan sihir bukan? Kenapa kau tidak menggunakannya?"
Diran bertanya. Masih menatap Synd dengan tajam.
Synd menendang tanah lalu melaju ke depan. Menghunuskan pedangnya. Ia menebaskan pedangnya dengan kuat.
Diran memiringkan pedangnya ke bawah. Menerima tebasan Synd lalu mendorongnya ke atas. Dia membalas dengan sebuah ayunan pedang.
Synd mengangkat perisainya lalu menahan serangan Diran. Ia terdorong ke belakang.
"Saya tidak terbiasa menggunakan sihir. Jadi, maafkan saya."
Diran mendengus. Ia menancapkan pedangnya ke tanah.
"Tak perlu menahan diri. Aku tidak ingin melawan orang yang setengah-setengah."
"Baiklah, saya akan memenuhi keinginan anda."
Synd juga menancapkan pedangnya ke tanah. Ia membungkuk.
Diran tersenyum kecil. Ada dua alasan kenapa dia meminta Synd untuk menggunakan sihir.
Alasan pertama, dia ingin Synd untuk tampil dalam kondisi terbaiknya. Meskipun tanpa menggunakan sihir, Synd sudah bisa menahan dan menghindari serangannya, dia ingin melihat Synd yang diperkuat sihir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Re : Turning from Another World [Dropped]
FantasíaPenindasan. Itulah yang dialami oleh tiga sahabat sebelum mereka dipanggil ke Dunia lain. Dunia sihir dan pedang. Mereka berharap dunia baru ini dapat mengubah hidup mereka menjadi lebih menyenangkan. Namun, takdir berkata lain. Penindas mereka juga...