39. | Calief.

1.5K 310 182
                                    

Malam pun tiba, keluarga Syifa sudah meninggalkan kediaman Daffa begitu pula Irene, tinggalah Syifa Daffa Calief juga dua ART disana.

Semenjak kejadian tadi sore, Syifa hanya mengurung diri dikamar, ia masih bersedih keputusannya salah besar hingga membuat dirinya terpisah dari suami tercinta.

"Bunda....bun, buka pintunya bun !!!" Panggil Calief dari luar pintu kamar Syifa.

Syifa yang duduk merenung sambil bersandar di tepian tempat tidur pun tak bergeming, ia masih saja menitikan air mata seraya mengusap perutnya yang tengah mengandung buah cintanya dengan Rizky.

"Bundaa...bunda denger Calief gak sih, bunda marah sama Calief ya, kok pintu kamarnya gak dibuka, bunda dari tadi sore belum makan lagi, kasihan adek bayinya nanti abah marah loh bun !" Teriak Calief sekali lagi.

"Benar kata Calief, kalau aku gak makan anakku bisa kekurangan nutrisi, gak...gak boleh aku harus menjaga buah hatiku ini, karena mas Rizky minta aku menjaganya selama dia gak ada disisiku." Syifa bermonolog lalu menghapus air mata diwajahnya melangkah keluar pintu kamar.

"Alhamdulillah bunda keluar juga... kita makan malam yuk bun !" Ajak Calief sambil menarik tangan Syifa, Syifa hanya tersenyum kecil pada Calief.

Di ruang makan, Daffa sudah menunggu Calief dan Syifa, saat keduanya tiba, Daffa menebar senyum pada Syifa tapi Syifa tak memperdulikan.

"Ayo sayang kita makan...!" Ajak Daffa sembari menarik kursi makan agar Syifa bisa duduk disebelahnya.

"Maksih mas, aku duduk samping Calief saja..." Syifa pun duduk berjauhan dari Daffa.

"Okeee....." ucap Daffa lemas.

Calief pun memperhatikan Syifa yang sangat berbeda malam itu, biasanya bila bersama Rizky, Syifa selalu menebar senyum bahagia tapi kali ini tidak wajahnya murung.

"Oh ya ayah, boleh Cal tanya sesuatu ?" Syifa melirik ke arah Calief.

"Apa nak ?" Sahut Daffa sambil menyendok makanan ke mulutnya.

"Aku pernah lihat ayah dibandara, saat abah sama bunda mau ke Bali, ayah sepertinya habis turun dari pesawat karena aku lihat ayah menuju keluar bandara."

"Uhuk...uhukkk....!!!" Pertanyaan Calief pun membuat Daffa tersedak.

"Kenapa mas Daffa kesedak gitu,dia kok nampakkaget sama pertanyaan Calief ya ?" Batin Syif sambil menatap Daffa yang duduk di sebrangnya.

"Engg..gak kok Cal, mungkin cuma mirip saja, ayah baru landing kok tadi pagi dari Palu..." jawab Daffa terbata-bata.

"Oo gitu, bunda juga bilang mungkin cuma mirip, karena bunda mikir ayah meninggal, iya kan bun ?" Syifa hanya menaikan alisnya tanpa jawaban.

"Oh ya besok Cal sekolah kan, ayah antar ya...udah lama ayah gak ke sekolah kamu, masih di SD Pelita Bangsa kan ?" Calief mengangguk, sementara Syifa tercengang ia meletakan sendok dipiringnya.

"Mas tau darimana Calief sekolah disana ?"

"Hahh...ta..uuu...dar...ri...."

"Saat aku mendaftar sekolah kamu kan gak ada mas, kamu pun gak pernah antar Calief sekolah, aneh deh !"

"It..tuu, oo aku ingatnya saat Calief play grup antar dia sekolah, iyaa...saat play grup...aku lupa kalau aku menghilang saat usia Cal 3 tahun, aku emang suka gini semenjak kena musibah kadang pikiranku jadi kalut." Daffa tersenyum dengan raut muka yang tak bisa dijelaskan.

"Kok aku aneh sama gelagat mas Daffa, aku merasa ada hal yang mas Daffa sembunyikan." Batin Syifa.

"Iya ayah kan gak ada waktu Cal masuk SD, tapi ayah jadi kan antar Cal besok ?"

CALIEFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang