.
Disclaimer : BTS – Big Hit Entertainment
Catatan : AU. Mahasiswa Kim Namjoon berusaha memahami bacaan hingga larut malam demi ujian, sementara Seokjin tak setuju jika kegiatan tersebut berlangsung di atas jam sembilan.
.
.
.
Jam menunjukkan pukul setengah sebelas malam dan Namjoon masih bergumul ditemani setumpuk literatur di ruang tengah. Kepalanya berdenyut dengan alis menyatu, kacamatanya hampir melorot tapi pemuda itu nampak terlalu sibuk untuk sekedar mengarahkan telunjuk ke pangkal hidung. Menggeram, poni rambutnya ditiup keras.
"GRAH!"
Sejumput rambut digerut frustasi—"Aku akan mati....." erangnya dengan kepala dibenamkan di antara halaman buku teori bisnis. Super tebal, super rumit, super mematikan, dan tidak termasuk poin penting yang membuat Namjoon mengumpat setengah mati, ditulis dalam bahasa Perancis.
Beringsut agak mundur, Namjoon menyandarkan punggung di tepi sofa, kepala tertengadah dan matanya terpejam. Bahunya luar biasa pegal karena nyaris seharian membolak-balik buku. Entah hanya perasaan atau memang otot lengannya seperti mengeras, belum lagi urat-urat lehernya yang tampak ingin protes karena tidak diperlakukan dengan manusiawi.
Namjoon mendesis.
Akhir-akhir ini dia terlalu banyak minum kopi dan hal tersebut mengakibatkan kecemasannya meningkat. Namjoon khawatir kalau-kalau kadar kafein dalam darahnya sudah mulai berlebih, meski bukan maunya untuk harus selalu terjaga. Efek dari setengah cangkir yang baru diteguk satu jam lalu kini memaksa agar jari-jarinya tetap bergerak, mengacuhkan kewarasan otak yang berdadah-dadah pergi hingga barisan kata dalam tiap lembar buku itu tak mampu lagi terbaca dengan baik. Namjoon bisa merasakan bagaimana energinya menyusut perlahan, diiringi naluri ingin mendengkur di tengah perkelahian seru antara otak dan badan yang menolak bekerjasama, hasil dari dua minggu menjalani ujian semester. Rasanya mau tewas.
Tinggal satu hari lagi dan dia bisa mengucapkan selamat tinggal pada buku-buku sialan itu. Satu hari lagi dan dia bisa menyambut liburan selama dua bulan penuh hingga semester baru dimulai. Satu hari lagi. Hanya satu hari lagi...gumamnya dalam hati. Mencoba mengulang-ulang mantra itu untuk sekedar menghibur, tapi tetap saja tak bisa mengubah kenyataan bahwa dia masih punya satu ujian pukul setengah delapan pagi. Pikirannya sudah minggat meninggalkan kepala dan berselancar entah kemana, bahkan Namjoon sendiri sudah ingin muntah karena bagaimanapun, dia bukan mesin penerjemah. Dosennya pasti sedang mabuk waktu memberi daftar literatur untuk bahan ujian besok.
Dipaksanya duduk tegak sambil mencoba membalik halaman kesekian dengan tak sabar.
"Bret!"
"Shit," umpat Namjoon, memandang penuh dendam pada halaman yang tak sengaja robek akibat gerakan brutalnya. Tersayat di ujung, dan lepas menjadi secarik kertas. Bagus. Bagus sekali.
"Kupikir kau adalah orang yang cukup sabar untuk tidak meledak hanya karena sebuah buku, Namjoon-ah?" sebuah suara menyahut dari belakang. Namjoon mendengus kecut.
"Hanya untuk beberapa kasus," gumamnya dari balik tumpukan, mencari-cari kalau ada kotak lem atau isolasi darurat untuk melekatkan kembali halaman itu. Sayangnya dia tak pernah membawa perlengkapan lebih dari sebuah bolpoin hitam, sebuah pena biru, serta sebatang pensil. Jin terkekeh makin renyah sambil mendaratkan tubuh di sofa, didorongnya pelan kepala Namjoon agar menyingkir dari bagian bawah.
Sepasang lengan menyentuh punggung pemuda itu sebelum merayap naik ke arah pundak, jari-jari Jin bergerak menekan otot-otot Namjoon yang tersimpan di balik kaus. Sekejap saja, udara di ruangan tersebut terisi oleh erang rendah bercampur lenguh nikmat Namjoon karena pijatan Jin tepat mengenai sendi yang sedari tadi membuat pemuda itu uring-uringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHUAI | HANDSOME (NamJin)
Fanfiction[BTS - Namjin/Monjin] Namjoon tak pernah terlalu religius, apalagi memperdulikan kehakikian asal semesta. Namun jika diperbolehkan mengetahui sesuatu dari sang penguasa jagat raya, Namjoon akan memilih untuk bertanya--tentang bagaimana seorang Ki...