08. Mad, Sexy, Cool

9.4K 710 292
                                    

.

Musik masih menggelegar dari pengeras suara di delapan penjuru dan ratusan kepala mengikuti alunan dengan antusias. Kepala terantuk berlawanan arah, lengan terentang, terangkat di udara, mulut-mulut terbuka turut menembang di sembarang not, tubuh meliuk-liuk sekenanya dan pekik-pekikan girang membahana memenuhi aula besar yang kini disulap menjadi diskotik mewah—lengkap beserta sepasang disjoki dari luar negeri. Acara kelulusan mahasiswa kedokteran tahun ini dirayakan dengan tak biasa. Lupakan ramah tamah wisudawan yang membosankan, Kim Taehyung sang peraih indeks prestasi sempurna memodali pesta pora tepat sehari setelah upacara penyematan toga. Tak cukup dengan menyewa seluruh gedung serbaguna dan mendatangkan tiga grup penyanyi idola dari agensi ternama, pemuda kaya raya itu juga menyediakan ransum tanpa batas di empat sisi ruangan bersama bar dadakan penuh anggur dan racikan koktail yang tidak murah.

Tidak cuma rekan-rekannya, dekan hingga dosen pembimbing juga berbaur bak remaja di lantai dansa, termasuk yang baru saja membuyarkan kerumunan dengan menghambur maju di barisan paling depan begitu bait awal Single Ladies berdentum nyaring dari meja pemutar musik. Merampas tongkat lampu warna-warni dari tangan mahasiswanya sendiri, kemudian berjoget heboh dengan lengan berayun naik turun, kepala tersentak brutal, dan kaki terbuka disertai hentakan pinggul maju mundur yang sontak mengundang sorak-sorai. Bukannya mengingatkan untuk tak melompat-lompat terlalu ekstrim, pemuda-pemudi kelebihan hormon di sekelilingnya justru mengikuti gerakan pria tersebut bagai dikomando. Tawa girang mereka membakar semangat sang pria berjas putih yang makin antusias memutar-mutar tongkat lampu di tengah aula. Liar, mustahil dihentikan.

Kim Seokjin, 35 tahun, dosen Anatomi. Bintang pesta hari ini. Peduli setan dengan berkas-berkas laporan akhir tahunnya ke rektorat, dia butuh pelepasan stress setelah setahun mengasuh berandalan-berandalan tengik yang hobi memporak-porandakan meja laboratorium dan menjahilinya dengan jebakan tengkorak berjalan. Apalagi vodka yang ditawarkan anak didiknya tadi sangat enak, sayang kalau hanya minum segelas.

"LEBIH GILA LAGI, PAK SEOKJIN!"

"Goyang terus, pak!"

"Aduh pak! Tongkatnya kena mata saya!"

Pria itu berteriak melengking dan penghuni ruangan meraung dramatis. Salah satu mahasiswa bahkan berani meletakkan lengan di bahunya sambil menggesekkan tubuh bagian bawah mereka seiring irama. Beberapa mulut nakal bersiul menyaksikan adegan tak senonoh tersebut, tapi yang bersangkutan tampak tak keberatan. Malah makin merapat, melingkarkan tangan di leher si mahasiswa dengan masih menggenggam tongkat. Yang lain terpingkal-pingkal di belakang, mencoba meniru sembari terus tertawa, sementara sisanya bertepuk tangan meminta tontonan gratis mereka dilanjutkan di lagu berikut, mengira segala peristiwa adalah bagian dari euphoria acara yang tak perlu dibawa serius.

Namun tidak dengan sepasang mata yang mengintai dari balik sosok-sosok mahasiswa di sekitar mereka. Sempat berbalik badan menahan malu saat Seokjin mulai bertingkah sampai harus ditenangkan rekannya, kini pria itu beralih menatap tajam pemandangan yang disuguhkan di depan mata. Tak tertarik bergabung, apalagi turut berdansa. Lengannya terlipat di depan dada, bersedekap beku diantara lautan manusia yang lewat silih berganti, fokus pada pasangan dosen dan mahasiswa yang masih bergoyang perlahan di lagu balada. Terlampau akrab untuk sebuah permainan, terlalu intim disebut candaan.

Sialan.

Si pawang pengerat yang biasanya tak peka malah pamer kemesraan di hadapannya.

.

.

.

"Selamat pagi, pak Seokjin."

"Eh, Pak Rektor? Sedang apa di sini?"

"Ada urusan dengan teman. Pak Seokjin kenapa sendirian di taman? Tidak ada kelas?"

SHUAI | HANDSOME (NamJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang