.
.
Bunyi gemerisik membuat sepasang gagak tersentak kaget, pun segera terbang menjauh dari dahan pohon yang bergerak menahan beban dadakan entah dari mana. Lembaran daun kering berjatuhan sedetik berikutnya, diiringi desah perlahan dari sesosok remaja yang menjejak dahan setinggi beberapa meter dari permukaan tanah. Tanpa berpegangan, hampir melayang, tak terusik daya tarik bumi.
"Selamat pagi."
Seorang pria berseru dari jendela bertirai gelap di lantai tiga. Rambut hitam terpangkas rapi melewati tengkuk. Senyum terulas di wajahnya yang tampan, gelas anggur tergenggam angkuh diantara jemari. Taehyung mendongak dari dahan, masih dengan rambut pirang yang belum memudar seperti saat terpapar fajar. Diliriknya jam saku sambil terus menggerutu, sementara pria di lantai atas tadi justru menghirup anggurnya dengan santai.
"Masih jam setengah tiga pagi."
"Aku lihat kok," Taehyung menanggapi, ketus. Bunyi derik ranting rapuh memecah keheningan ketika dirinya menggeliat sambil melemaskan kaki yang mulai kebas. Semalaman meniti jalan pulang dengan cara singgah dari dahan satu ke dahan lain memang bukan pekerjaan sulit, namun cukup melelahkan. Matanya sontak melirik tak suka saat mendengar kikikan dari atas.
"Keberatan untuk turun dari situ?"
"Tidak mau."
"Namjoonie tak akan memarahimu, kau tahu itu."
Taehyung menggerung, tak yakin. Terakhir kali nekat keluar mencari makan, laki-laki itu mengurung dirinya di lemari sapu yang sudah dilempari beberapa siung bawang putih. Memegang benda tabu seperti itu bukan perkara sukar bagi pemilik usia sematang Namjoon, "Aku bersedia membersihkan seluruh kamar mandi kastil jika dia benar-benar membiarkanku pergi tanpa ceramah panjang. Berani taruhan?"
"Tidak," Seokjin kembali terkikik dari balik gelasnya, "Tapi akan kuhitung sampai lima. Turun dari pohon itu dan cepat masuk ke kamarmu."
"Kalau aku menolak?"
"Coba saja," seringai Seokjin tak gentar, "Dan jangan harap melihatku datang mengambil rapormu."
"Ta—"
"Satu," jemari pria tersebut teracung memaksa, "Dua...."
"Licik," Taehyung segera menarik dahan terdekatnya dan sigap melompat ke pembatas jendela lantai tiga. Telapak kaki telanjangnya menapaki dinding dalam posisi seratus delapan puluh derajat sembari menatap langit, masih gulita kendati tanpa rembulan. Tudung baju terlepas oleh tarikan gravitasi, mata birunya mendelik kesal ke arah Seokjin. Pria itu berkedik sekilas, lantas mengacungkan gelas diikuti kerling puas.
Taehyung mencibir sengit, lalu berjalan terbalik menuju jendela yang terbuka di loteng kastil, sebelah lengan terjulur menggapai pegangan. Seekor kelelawar terbang keluar saat Taehyung bergelantung di bingkai, memandang isi kamarnya yang mendadak rapi, tidak ingat apakah dirinya sempat beres-beres sebelum menyelinap pergi. Beringsut mendarat tegak di permukaan lantai, diliriknya kanan kiri. Aman. Namun begitu berbalik, batinnya spontan mencelos.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHUAI | HANDSOME (NamJin)
Fanfiction[BTS - Namjin/Monjin] Namjoon tak pernah terlalu religius, apalagi memperdulikan kehakikian asal semesta. Namun jika diperbolehkan mengetahui sesuatu dari sang penguasa jagat raya, Namjoon akan memilih untuk bertanya--tentang bagaimana seorang Ki...