[BTS - Namjin/Monjin]
Namjoon tak pernah terlalu religius, apalagi memperdulikan kehakikian asal semesta. Namun jika diperbolehkan mengetahui sesuatu dari sang penguasa jagat raya, Namjoon akan memilih untuk bertanya--tentang bagaimana seorang Ki...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
.
"Sudah kubilang kamu harus bersiap begitu pulang dari kampus, kan? Ini akibatnya kalau kurang disiplin! Bagaimana bisa jadi pembela kebenaran kalau kerjanya malas-malasan?" Jimin berlari-lari sigap di selusur batas jembatan, ekor panjangnya bergoyang-goyang seiring ayunan keempat kaki mungil yang mencoba menjajari langkah Namjoon. Sadar dirinya tak mampu menyusul, Jimin cekatan meloncat dan—hup!! Gumpalan bulu warna kuning bermata runcing itu mendarat indah di pundak kanan Namjoon, "Blok enam dekat pertokoan tradisional, makhluk itu menyamar menjadi pembeli untuk menghisap energi dari anak-anak kecil yang sedang bermain di sekitar. Harus cepat ditangani di tempat Yunki sebelum lewat empat jam atau mereka tidak akan bangun lagi."
Namjoon tak lekas merespon, masih sibuk mengunyah sisa bakpau babinya sembari menelusuri layar ponsel demi mencari kordinat jalan terdekat lewat atas. Polisi lalu lintas brengsek, berani-beraninya mengempeskan ban motor Namjoon di saat genting seperti ini.
"Kenapa orang-orang hobi keluar rumah sore-sore begini sih? Bikin repot saja, aku jadi tak bisa memanjat."
"Namanya juga hari Senin!"
"Kenapa malah kamu yang sewot? Tidak lihat tadi motorku diapakan?"
"Salah sendiri parkir sembarangan!!" sambar Jimin lagi, merutuki sikap bodoh manusia berambut hitam tersebut selagi celingukan ke kiri dan kanan, memastikan tak ada orang sewaktu mereka melewati belokan, serta masuk ke gang rendah yang hampir gulita. Ditepuknya pipi Namjoon memakai salah satu kaki sambil berujar ribut, "Cepat berubah!!"
"Iya, iya! Berisik!! Tanpa disuruh juga aku tahu apa yang harus dilakukan!!" Namjoon menggeram selagi berusaha melemaskan jemari, lantas berucap sebal usai mengepalkan salah satu tangan di udara, "Archive. Activated."
Gelombang perubahan bergerak melapisi tubuh pemuda itu sedetik berikutnya. Mulai dari rambut yang berganti terang dengan helai-helai halus menjuntai melewati tengkuk, manik mata yang berubah keemasan, lambang bulan sabit terukir di dahi, baju serat teratai berlapis kimono yang dipenuhi oleh bulu merak, senjata terlilit di pinggang, termasuk sepatu laras tinggi bersol tebal yang membungkus celana.
"Pegangan."
Jimin mengeong paham, cekatan melilitkan ekornya di leher Namjoon. Tak buang waktu, pemuda itu segera melesat lebih cepat sebelum melompat tinggi untuk menggapai atap bangunan. Tenaganya meningkat berkali-kali lipat begitu berganti wujud. Kakinya bertumpu lincah, menjejak satu petak ke petak lain tanpa kesulitan hingga nyaris seperti terbang. Jarak antar gedung yang lebar, ditanganinya dengan melempar kait bersemat senar yang meluncur dari balik lengan kimono ke seberang, meremas ujungnya tanpa banyak perhitungan, lantas berayun menggelantung menuju bagian depan bangunan. Kuku tajam menancap di sela dinding ketika Namjoon hinggap, mencegahnya melorot jatuh dari permukaan.
Sesosok makhluk bertubuh hijau dengan dua tanduk berulir di kening menyambutnya sesampai di lokasi, sepasang anak perempuan tergolek di masing-masing tangan kekar, mata terpejam seolah baru saja ditidurkan. Merasa menang, makhluk itu menyeringai lebar-lebar, "Apa maumu?"