.
Kegiatan itu dimulai pukul enam pagi, sesaat setelah Namjoon menenggak habis kopi yang diseduh dengan sesendok madu, juga mengunyah sisa kuping roti yang terpaksa dimakannya karena enggan dipelototi Seokjin. Namjoon bukannya berniat pilih-pilih makanan, hanya kurang suka tekstur kuping roti yang menurutnya keras. Seokjin mencoba membujuk dengan mengoleskan lebih banyak selai coklat di seluruh permukaan, sebelum akhirnya tergelak mendapati Namjoon makan dengan alis berkerut.
Seorang pemuda berhidung lancip menyerbu masuk sembari menyandang ransel di sebelah bahu. Siswa SMP yang disapa Seokjin dengan—"Selamat pagi, Ningning-ah," itu mengangguk, lantas sibuk melihat roti apa saja yang sudah tersedia, walau akhirnya selalu menunjuk bolu gulung teh hijau di sudut etalase. Seokjin sangat hapal pilihannya, sebab pemuda peranakan itu adalah pengunjung pertama yang selalu datang saat pintu pagar baru dibuka, apalagi kalau bukan karena harus cekatan mengejar jam keberangkatan bus menuju sekolah. Gerakannya begitu tergesa-gesa sampai Seokjin harus meneriakinya supaya hati-hati begitu keluar dari toko.
"Huening lagi?" Namjoon menggulung lengan seragam kerjanya sambil terkekeh, ditepisnya uluran telunjuk Seokjin yang hendak mencolek pasta stroberi di mangkuk kaca, serta menuding galak pada nampan di dekat meja saji, "Lebih baik kau atur puding-puding itu di lemari pendingin daripada mengganggu pekerjaannku."
"Ih, mau cicip."
"Tidak boleh."
"Sedikiiiiiit saja."
"Kubilang tidak boleh."
"Pelit."
Namjoon mendesah kesal, diangkatnya sendok pengaduk ke udara, lalu mengulaskan ujung telunjuk di permukaan yang masih terkena pasta, dibawanya jari itu ke arah Seokjin yang membuka mulut penuh semangat, "Jangan digigit!!"
Lidah merah muda Seokjin terjulur menjilat cairan kental itu sebelum mengulum jari Namjoon, dipegangnya pergelangan pria tersebut menggunakan kedua tangan, lalu mengerling pada Namjoon yang menatap dengan kening berkerut. Satu kedipan, dua, tiga, empat, dan Namjoon pun menghela napas. Pada akhirnya Seokjin baru mau melepaskan jari yang dikulum, setelah Namjoon mengecup dahinya dan berkata bila dia boleh mengambil semangkuk kecil pasta. Tentu sambil merutuk tentang mengapa pertahanan birahinya terlalu lemah.
"Taehyung dan Jungkook datang jam berapa?"
"Sepuluh, katanya hari ini mereka cuma meminjam buku di kampus lalu pulang. Ah, selamat pagi, HyunHyun-ah. Mau yang seperti biasa atau tambah puding apel hijau? Mau coba dulu boleh lho, ini resep baru," Seokjin berpromosi pada seorang pemuda tanggung bermata super besar, yang dikenalnya sebagai anak pemilik kedai ramyun Kang. Senyumnya kian melebar kala mendengar bel sepeda dari paman pengantar susu, dan Namjoon menawarkan diri membawa tiga krat botol milik mereka ke dapur. Hidup bertetangga sejak SD, Seokjin tak pernah akrab dengan yang namanya hati-hati. Namjoon ingat bagaimana sejumlah botol pecah di tempat begitu Seokjin hendak mengangkat tumpukan krat, dan langsung terjungkal di beranda toko. Kelihaian Seokjin membuat kue benar-benar berbanding terbalik dengan kewaspadaan yang dimiliki.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHUAI | HANDSOME (NamJin)
Фанфик[BTS - Namjin/Monjin] Namjoon tak pernah terlalu religius, apalagi memperdulikan kehakikian asal semesta. Namun jika diperbolehkan mengetahui sesuatu dari sang penguasa jagat raya, Namjoon akan memilih untuk bertanya--tentang bagaimana seorang Ki...