33. HUNCH

5.2K 572 75
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

Namjoon mengamati layar ponsel dibarengi desis jengkel, giginya berderit menahan amarah sebelum memukul kemudi sambil mengumpat, "SIAL!"

Dipandangnya nama yang masih melekat di lintas pemanggil, dari manusia kesayangan yang baru saja—ya, baru saja, mengurungkan ide brilian Namjoon untuk menghabiskan malam minggu di tempatnya. Namjoon sampai harus menghentikan sedan hitamnya di tengah jalan karena penasaran, sekaligus merutuk kecewa sebab dirinya sudah setengah jalan menuju apartemen Seokjin. Mungkin tinggal lima atau sepuluh menit lagi ketika yang bersangkutan menghubungi Namjoon untuk meminta maaf akibat urung mengijinkannya datang. Entah apa yang dipikirkan kekasih tampannya itu, padahal Namjoon sudah begitu antusias. Dia kangen Seokjin, sangat. Sudah seminggu ini dirinya disibukkan oleh ulangan semester sementara Seokjin kerepotan mengatur jadwal praktek di rumah sakit. Kedua kakaknya melarang Namjoon mengganggu. Hoseok menceramahinya hingga berjam-jam dan ponsel Namjoon disita oleh Yoongi sampai ujian berakhir, wajar kalau dia tak mengerti kenapa Seokjin santai saja menyuruhnya putar balik.

Namjoon mengetukkan jari di bulatan setir, diliriknya kursi penumpang yang dipenuhi barang-barang mahal, mulai dari Zaitun Spanyol, wine, sampai cokelat Godiva. Dia paham jika Seokjin gemar makan camilan sambil menonton televisi dan menyandarkan kepala di dada bidang Namjoon. Astaga, cuma membayangkan saja rasanya sudah membuat kepala Namjoon berasap. Dia sudah menunggu-nunggu penuh kesabaran agar bisa menikmati waktu berdua dengan kekasihnya di atas tempat tidur, berbaring nyaman dan merengkuh bahunya mendekat, sesekali mengecup dahi atau mendengarnya bergumam seksi.

Tiba-tiba Namjoon curiga, bulan lalu dia sempat kesal pada Seokjin karena menerima telepon di tengah kegiatan intim mereka. Dan yang dimaksud 'di tengah' memang benar-benar di tengah. Dia bahkan belum sempat klimaks karena Seokjin langsung bangkit dari ranjang, buru-buru mengenakan baju, lalu berlari keluar dari apartemen, tanpa basa-basi maupun sekedar cium pipi. Namjoon hanya bisa memandangi punggungnya yang tergopoh dan menghambur pergi tanpa menutup pintu. Langka sekali melihat Seokjin menyentaknya hingga kejantanan Namjoon keluar paksa, membuat pemuda itu menebak-nebak tak senang. Siapa gerangan yang membuat Seokjin sampai rela pergi malam-malam dan baru kembali dini hari, itupun karena kewajiban memenuhi absen jaga di rumah sakit. Lebih-lebih dalam kondisi mengantuk meski masih mengulum senyum, tak lupa mengucapkan selamat jalan dan bisik maaf pada Namjoon yang bersungut-sungut pergi kuliah.

Dirinya tak ingin disebut pengekang, tapi Namjoon beranggapan kalau tindak-tanduk Seokjin memang agak aneh belakangan ini. Namjoon tak bisa menahan diri untuk tidak menuduh kekasihnya berbuat sesuatu di belakang. Mungkin, mungkin saja ada mantan yang berniat kembali dan berusaha menarik perhatian Seokjin dengan pesan-pesan manis berhias rayuan. Beberapa kali Jaehwan, rekan Seokjin, pernah melapor kalau dia memergoki dokter berambut gelap tersebut duduk di pojok koridor, memandangi ponsel berhias senyum simpul dan wajah bersemu. Jelas saja Namjoon sebal, tak ada yang boleh membuat Seokjin tersipu seperti itu selain dirinya.

Keningnya berkerut, diputarnya kunci serta menginjak pedal gas penuh nafsu, otaknya panas hanya dari dugaan bila Seokjin mengencani orang lain. Mengetahui lelaki favoritnya dicolek iseng di kereta saja sudah cukup membuat Namjoon berang setengah mati, apalagi sampai dipaksa bertemu lalu makan malam mesra berdua. TIDAK BISA DIBIARKAN.

SHUAI | HANDSOME (NamJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang