.
"SEOKJIN!!"
"Ssh, jangan berteriak," pemuda itu menaruh telunjuk di depan hidung. Sosoknya yang berbalut mantel tebal tak menghalangi keceriaan Taehyung untuk melompat-lompat riang di atas tumpukan jerami. Sepasang lengan mungilnya terentang menerima sebongkah daging mentah yang ditaruh dalam mangkuk kayu. Semalaman dikurung di kandang kuda benar-benar tak menyenangkan. Bau, pengap, tak ada teman bermain, dan yang paling penting—tak ada sesuatu yang bisa dikunyah. Mustahil Taehyung menggigit kuda-kuda kastil yang berbadan besar, bisa-bisa dia ditendang membentur dinding.
Namjoon memang tak pernah pandang bulu soal peraturan. Biarpun seluruh kastil berpendapat jika Taehyung adalah anak buah kesayangan, nyatanya Taehyung jauh lebih sering dimarahi dibanding anak-anak lainnya. Si kembar Hyun dan Beomgyu yang selalu jahil misalnya, hanya sesekali dijewer jika ketahuan mencuri isi gudang obat atau mencabut rambut Namjoon tanpa ijin. Jimin pun dibiarkan terbang sesuka hati walau kepakan sayap parkitnya yang masih rapuh selalu menggores dinding dan merusak dedaunan di halaman belakang. Yeontan yang hobi buang air sembarangan diganjar larangan masuk kastil selama enam jam, sementara tuan muda Jungkook yang baru bisa berjalan, gemar mengaum ribut dan menghancurkan sebagian besar perabotan kamar Namjoon. Pun tak ada yang dilakukan kakaknya selain memerintahkan para pelayan untuk membersihkan kekacauan tersebut.
"Cuma aku yang dipukul," gerutu Taehyung, mengunyah makin lahap selagi Seokjin menyeka darah rusa yang berceceran di sekitar mulut anak serigala itu, "Tuan Namjoon benci padaku."
Tadinya Taehyung berniat mencoba menunggang Kive untuk membuktikan seberapa hebat laju kuda favorit tuannya itu, sekaligus meniru bagaimana gaya Namjoon melaju di atas pelana sewaktu berburu. Sudah lama sekali Taehyung ingin menjelajah hutan Jamais, apalagi setelah mendengar cerita salah seorang pelayan bahwa dari hutan itulah Namjoon menemukan dan membawanya ke kastil. Taehyung tidak memiliki ingatan apapun tentang masa kecilnya sebelum tinggal di kamar besar berkasur empuk dengan dua penjaga. Yang dia ketahui hanya kewajibannya patuh pada jenderal bertubuh menjulang tersebut dan menjalankan perintah dari istana.
Namun rasa penasaran yang begitu besar didukung sifat bawaan yang acuh membuat Taehyung nekat menyelinap diantara barisan kuda serta meraih tali kekang Kive. Siapa sangka kuda hitam sialan itu malah melarikan Taehyung ke danau es di seberang kastil, memaksanya berpegangan dengan horor sambil melolong histeris, melemparnya tanpa ampun ke udara dan membiarkan Taehyung tercebur hingga membeku. Beruntung Jimin yang sedang berlatih terbang memergokinya terapung kaku dan bergegas mencari pertolongan.
Namjoon datang setelah Taehyung pulih dari trauma dingin dan tengah didudukkan di kursi ruangan utama, menggigil berselimut bulu domba dikelilingi sejumlah anjing penjaga yang menjilati wajahnya karena mengira Taehyung terluka. Tak butuh waktu lama, Namjoon langsung menyeretnya bangkit dari kursi dan menelungkupkan Taehyung di atas paha.
Satu tangan Namjoon terangkat tinggi di atas pantat Taehyung. Matanya berkilat marah, alis menukik menyatu. Hyun melongo, Beomgyu menganga.
PLAK!
KAMU SEDANG MEMBACA
SHUAI | HANDSOME (NamJin)
Fanfiction[BTS - Namjin/Monjin] Namjoon tak pernah terlalu religius, apalagi memperdulikan kehakikian asal semesta. Namun jika diperbolehkan mengetahui sesuatu dari sang penguasa jagat raya, Namjoon akan memilih untuk bertanya--tentang bagaimana seorang Ki...