39. Cling Like A Koala

4.5K 527 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Segelintir kalimat meluncur rendah di sisi telinganya dan Seokjin reflek mendelik. Berusaha untuk tak bersikap dramatis dengan menjatuhkan literatur yang belum sempat terbaca. Tidak, tentu saja. Setelah berhasil menguasai diri dari kenyataan bahwa dia terperangkap diantara dada bidang Namjoon dan rak referensi skripsi, Seokjin tak akan membiarkan rautnya berubah lebih berantakan lagi. Tidak di hadapan sosok pemuda bermulut manis itu.

"Bilang apa barusan?"

Dari sepasang mata kecokelatan, pandangannya turun pada bibir berulas cengir miring yang tak kalah menggoda.

"Pergi ke Ilsan. Bersamaku."

"Apa tidak ada tempat kencan yang lebih wajar?"

"Misalnya?"

"Entahlah, Museum Spadina?"

Didengarnya kekeh Namjoon bergema rendah dan lirih, masih sadar bahwa mereka akan diusir keluar jika penjaga perpustakaan memergoki suara berisik di sudut ruangan.

"Daripada kencan, aku lebih memilih menghabiskan waktu di dapur dan melihat hyung kelimpungan di depan panci. Kebetulan pesanan stroberiku datang siang ini," matanya berpendar menanggapi protes tanpa suara dari sosok berambut hitam yang melotot sambil berkilah tentang —siapa yang ngotot minta dibuatkan selai padahal bisa beli produknya di supermarket?  —kemudian beralih merunduk dan kembali berbisik, "Ayahku ingin bertemu."

"Tidak lucu."

Namjoon bergeming.

"Beri aku alasan yang logis sebelum kamu masuk ruang kesehatan karena gegar otak ringan," seloroh Seokjin sembari mengarahkan buku tebal di tangannya tepat di sebelah pelipis Namjoon, yang seperti biasa, menyunggingkan sudut bibir kanannya sedikit lebih tinggi dari ukuran semula, "Ini bukan main-main, bagaimana mungkin ceritanya sampai di telinga ayahmu sementara kau pernah bilang—"

"....kalau orangtuaku tak memiliki gambaran bahwa aku akan punya pacar. Benar," sergah Namjoon santai, masih mengacuhkan gumaman sewot 'Memangnya sejak kapan kita pacaran? Kamu saja yang seenaknya menyeretku kesana kemari!' lantas kembali fokus pada nada suaranya yang seperti sengaja didesahkan di sisi leher Seokjin, "Aku berusaha bertanya pada Ayah, tentang bagaimana dia tahu soal kita. Bukan aku yang membocorkan, berani sumpah, jawabannya pun diucapkan sambil tertawa."

"Dan itu adalah?"

"Insting."

"Omong kosong."

Bahu Namjoon berkedik sebelah, "Beliau bergurau jika tak ada salahnya menebak, mengingat aku tak pernah terlalu banyak membicarakan sesuatu selain tentang pelajaran. Dari intonasi, dari kalimat-kalimat yang kuberikan saat ngobrol di telepon, termasuk ijin tidak pulang ke Korea waktu liburan semester, semuanya dianggap seperti teka-teki yang hanya perlu disusun menjadi sebuah kesimpulan. Apa mau dikata, kemampuan otakku menurun darinya."

SHUAI | HANDSOME (NamJin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang