.
.
"Tidak ikut kami makan siang, hyung?" Taehyung masih mencoba menawari, selagi berjalan menjajari kakak sepupunya yang keluar studio sambil memainkan kunci mobil. Namjoon menggeleng, merogoh ponsel dan melirik sosok Jungkook yang berjingkat-jingkat menyusul mereka. Model junior bertubuh bongsor itu menggamit lengan Taehyung dengan masih mengenakan baju pemotretan, jari-jarinya menarik kain baju sementara dagunya disandarkan di pundak Taehyung, "Guk-ah, nanti dicari stylist-nuna lho? Kamu tunggu di dalam saja. Tidak pakai sepatu kan? Kakinya kotor tuh."
"Tidak mau sendirian," pemuda itu merengut, Taehyung mencubit hidungnya sebagai balasan.
"Pemotretannya sebentar lagi selesai, hyung. Betul tidak mau ikut? Ini pertama kalinya hyung pulang sejak Natal tahun lalu, aku ingin ngobrol banyak," selorohnya, mengulang tawaran, Namjoon hanya berkacak pinggang memandangi mereka sambil memamerkan cengir lebar.
"Aku tak berniat mengganggu kemesraan kekasih yang sangat menggemaskan ini," Namjoon terkekeh, "Lagipula aku hanya berniat memberikan kiriman itu kok, baru sampai tadi pagi. Kalau ada hal yang ingin didiskusikan soal rencana liburan kalian ke Amerika, telepon saja, aku senggang," ujar lelaki itu, memutari moncong mobil dan membuka pintu depan disertai senyum. Taehyung menimang-nimang kotak kardus kecil bersemat pita biru tua yang, kata Namjoon, berisi sepasang mantel buatan rumah mode kenalannya di New York. Hadiah atas kelulusan kedua pemuda itu dari pasca sarjana. Elegan dan mewah, khas Namjoon sekali.
"Terima kasih banyak, hyung. Nanti akan kucoba dengan si gembul ini, tapi kau mau kemana sih?" tanyanya heran, "Makan dulu sama kami."
Namjoon menyangga lengan di sandaran kursi, kepala terjulur keluar jendela, "Aku juga ingin ngobrol denganmu dan Jungkook, tapi sepertinya ada yang ingin menghabiskan waktu berdua saja," mata birunya mengerling pada sang pemilik nama yang langsung merona. Namjoon kembali terbahak dan cekatan memutar setir dengan satu lengan terangkat ke atas, memberi salam, "Aku akan mampir ke rumah Bibi begitu urusanku selesai. Sampai nanti."
"Hati-hati di jalan," Taehyung balas melambai begitu kendaraan itu berlalu dan nyaris terseret oleh lengan Jungkook yang menariknya masuk. Namjoon menggeleng-gelengkan kepala mengamati mereka dari pantulan spion. Posesif sekali.
Mobilnya berhenti di tepi trotoar yang dipenuhi deretan toko-toko mungil beratap warna-warni. Matanya tertuju pada satu papan bertuliskan nama kembang gula dari huruf bermotif bata, harumnya menyerupai aroma kue yang baru diangkat dari panggangan, beradu serasi dengan wangi semeruak dari toko bunga di sebelahnya. Namjoon menggaruk kening sambil menekan sejumlah nomor, sekilas menatap dua toko di sampingnya sembari tercenung, menunggu tanggapan dial bernada monoton.
Sudut bibirnya terangkat menyambut suara lirih di seberang sambungan, suara penuh kantuk bercampur gerutuan tak jelas. Namjoon tersenyum geli.
"Bonjour, chéri," sapanya penuh cinta, "Baru bangun?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SHUAI | HANDSOME (NamJin)
Fanfiction[BTS - Namjin/Monjin] Namjoon tak pernah terlalu religius, apalagi memperdulikan kehakikian asal semesta. Namun jika diperbolehkan mengetahui sesuatu dari sang penguasa jagat raya, Namjoon akan memilih untuk bertanya--tentang bagaimana seorang Ki...