Prolog

1.2K 42 6
                                    

"Pergi." Ucap gadis itu dengan penuh penekanan, lawan bicaranya hanya mengeleng pelan, mengabaikan perintah gadis itu. Cukup ia menyesal sekali karena meninggalkan gadis yang paling di sayanginya setelah
Ibunya. Penerangnya. Dari dulu, bahkan sekarang pun, tak pernah berubah.

"Biarkan aku menebusnya lagi, dinding itu" ucap lelaki itu pilu. Menatap manik hitam gadis itu, berusaha meyakinkan kalau ia telah kembali menjadi yang dulu.

Gadis itu menggeleng kuat, tak lama air mata yang sedari tadi di tahannya luruh. Lelaki itu melangkah pelan, berniat menghampiri gadis yang mulai sesegukan itu, namun dengan cepat gadis itu mundur.

"Kau kira siapa dirimu?! Kau kira kau yang paling terluka? Aku tahu aku salah, tapi aku tersadar setelahnya. Kau tahu? Berbulan aku mencarimu, sungguh aku sangat mengkhawatirkanmu kala itu. Namun apa yang terjadi? Kau berlagak seolah tak mengenalku" ucap gadis itu lantang, matanya menatap nyalang penuh kebencian ke arah lelaki itu, mewakili semua kepedihan hatinya.

"Maka biarkan aku mengerti, biarkan kita menjadi kita yang dulu."

"Jangan pernah mencoba untuk mengerti, karena aku tak akan membiarkan seorangpun untuk mengerti. Tak cukupkah penderitaan ku?"

"Tolong pergi" ucap gadis itu lagi, lirih. Tatapannya penuh dengan permohonan.

Gadis itu jatuh terduduk, mengabaikan hujan yang mulai turun. Sedangkan laki-laki tadi mengacak rambutnya frustrasi. Sekali lagi dia mendekati gadis yang mulai diguyur hujan itu, mengabaikan dirinya yang juga kedinginan. Namun, sekali lagi langkahnya terhenti mendengar suara gadis itu yang lebih dingin dari rinai hujan yang membasahinya.

"Pergi, atau aku akan membecimu seumur hidupku"

"Maafkan aku, tolong maafkan aku"

Bagai angin lalu, ucapannya tak di tanggapi oleh gadis itu. Gadis itu mulai bangkit dari duduknya, lalu berkata

"Jika kau tak ingin pergi, maka aku yang akan pergi"

Ia mulai melangkahkan kakinya pelan. Lelaki tadi hanya menatap punggungnya nanar.

"Tak akan ku biarkan kau pergi lagi, cukup sekali aku meninggalkanmu" gumam lelaki itu.

Gadis itu melangkah terseok, dinginnya hujan diabaikannya. Hingga sebuah suara mengalihkan seluruh eksitensinya.

"Jangan paksa dirimu, cukup sampai disini kau menggunakan topeng, sekarang kau boleh menangis sepuasmu"

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang