"Jangan pernah percaya pada siapapun, termasuk aku"
Dear readers yang baik hati, beberapa adegan di chapter ini sangat sangat sangat tidak patut untuk di tiru. Mungkin kalian pada demo, kalo gak patut untuk ditiru kenapa di tulis?
Maaf, tapi ini keharusan agar konflik yang ada di ceritaku berjalan sesuai dengan ekspektasiku. Jadi, ambil yang baiknya aja oke? Maafkan Anson di chapter ini ya
Jangan ditiru ya, dan bagi yang udah melakukan, aku harap kalian tak melakukannya lagi.◾◾◾
"Ans, dari mana kamu tahu rooftoop rumah sakit punya pemandangan semenakjubkan itu?" tanya Lora sekembalinya dari rooftoop rumah sakit, dia dan Anson sekarang berada di kamar inapnya.
Anson membeku sesaat, dan hal itu tak luput dari pandangan mata Lora. Namun hanya sesaat karena Anson menjawab pertanyaan Lora.
"Aku pernah menjenguk seseorang di sini, dan dia mengajakku ke rooftoop" balas Anson lalu mengecek ponselnya yang tiba-tiba bergetar. Dia merutuk tanpa suara dan melihat jam di pergelangan tangannya lalu mengetik sesuatu di ponselnya.
Hal itu pula tak luput dari pandangan Lora, dia sedari tadi memperhatikan Anson. Lora mencoba percaya dengan jawaban yang di berikan Anson tadi, namun sulit. Hatinya berbanding terbalik dengan logikanya yang mengatakan bahwa Anson memberikan jawaban jujur padanya.
"Kamu harus pulang Ans, ini sudah pukul sembilan malam" ujar Lora, dia merasa sangat merepotkan Anson. Sedari pagi Anson menjaganya, memastikan dirinya tak kenapa-napa, meski Ayahnya meminta tolong pada Anson, namun Lora tahu Anson juga punya hal yang harus di lakukannya.
"Aku akan menunggu Ayahmu pulang Ra, setelah itu aku akan pergi"
Lora hanya mengamati Anson, lalu menghembuskan napasnya lelah. Keras kepala melawan keras kepala.
"Jangan membuatku merasa bersalah Ans. Ini sudah malam, lagipula ini rumah sakit. Pasti banyak suster yang berjaga" Lora tetap kukuh menyuruh Anson pulang.
"Kita teman kan, Ans? Jadi dengarkan aku ya?" sambung Lora.
Anson mendengus. Sebal. Lalu bangkit dan menghampiri Lora yang terduduk di ranjang.
"Oke, aku pulang" balas Anson lalu mengambil tas sekolahnya dan berjalan menuju pintu.
Namun saat Anson hendak menggapai knop pintu, Lora memanggilnya.
"Terimakasih atas semua yang telah kamu lakukan untukku Ans. Ayo kita berteman baik" ujar Lora lalu membaringkan tubuhnya di ranjang.
Gerakan Anson terhenti sesaat, lalu dia mengangguk, membuka knop pintu dan beranjak pergi.
❇❇❇
Anson mengemudikan motor besarnya dengan kecepatan tinggi, dan sesekali dia mengumpat kala lampu lalu lintas berubah merah atau kala ada yang menghalangi jalan yang dilewatinya.
Anson ingin menerobos lalu lintas, mengabaikan lampu merah yang memerintahkannya berhenti. Namun tiba-tiba dari arah kiri jalur jalan, sebuah truk tengah melaju yang membuat Anson mengerem kendaraannya terburu menimbulkan suara decitan yang mengilukan telinga.
Hampir saja nyawanya melayang, dan Anson sangat sangat marah pada dirinya sendiri bila motornya akan bertabrakan dengan truk itu. Cukup sekali dia bertindak bodoh. Dulu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali [T A M A T]
Fiksi RemajaIni tentang Lora. Seorang gadis yang hanya ingin hidup dengan damai di SMA. Menjalani kehidupan biasa yang melibatkan orang biasa. Namun, karena seorang cowok yang tiba-tiba datang dalam kehidupannya, rasa biasa yang selama ini membuat Lora nyaman...