Langkah 23

145 12 18
                                    

"Baru kali ini aku melihatnya dengan orang yang lebih baik dariku, dan sialnya aku tak rela."

◾◾◾

Langkah Emory otomatis terhenti ketika dilihatnya dua orang yang menghadang jalannya. Dia dan dayangnya mendongak, ingin mengetahui siapa yang berani-beraninya menghalangi langkahnya.

"Gaelen? Ashvath?" cicit Emory pelan penuh ketakutan. Hanya ada satu pertanyaan di benakknya.

Apakah mereka melihat semuanya?

"Bagaimana kabarmu Emory?" Ashvath bertanya dengan senyuman.

Emory menelan ludahnya kasar, gadis itu berusaha sekeras mungkin untuk menghilangkan kegugupan yang kini menguasainya.

"Yah, tentu saja aku baik, sangat baik" Emory menjawab dan mengibaskan rambutnya, guna untuk menghilangkan kegugupan itu.

Emory menatap kedua lelaki di hadapannya saat ini. Ashvath mengangguk-anggukkan kepalanya, sedangkan Gaelen hanya diam. Namun tangannya terkepal kuat, dan sesekali lelaki itu memejamkan matanya.

"Apa yang baru saja kamu lakukan di danau itu?" tanya Ashvath lagi membuat kedua dayang Emory membeku.

"Aku dan temanku hanya berjalan-jalan sebentar, dan bermain sedikit mungkin?" Emory berucap sedikit ragu di akhir kalimatnya.

"Oohh, benarkah?" Ashvath masih gencar bertanya.

Sedangkan Emory mengangguk mantap.
"Kami pergi dulu" ucapnya lalu berjalan, diikuti dengan kedua dayangnya.

Bagus, mereka tak melihatnya.

"Tunggu" Gaelen tiba-tiba mencekal lengan Emory.

"Ya Gaelen?" tanya Emory dengan nada yang dibuat manja, tapi sayangnya terdengar menjijikan di telinga kedua lelaki itu.

Perlahan, cekalan Gaelen di lengan Emory semakin mengencang. Emory yang memakai baju di atas lengan berusaha keras untuk tidak mengeluarkan ringisan.

"Pipimu tak apa?" Gaelen berucap sembil mengelus lembut pipi Emory yang terlihat memerah, berbanding terbalik dengan cekalan tangannya yang semakin erat.

"Nggak.....nggak apa, nggak apa" ucap Emory nyaris saja meringis.

"Baguslah, soalnya aku mau kamu baik-baik aja, karena aku punya kejutan buat kamu" ucap Gaelen menepuk-nepuk pipi Emory pelan.

Mendengarnya, Emory seolah terbang. Gaelen ingin memberi kejutan padanya. Emory mengangguk semangat, cekalan Gaelen di tangannya seperti tak lagi dirasakannya.

Gaelen tersenyum, lalu lelaki itu mengode Ashvath dan dibalas anggukan olehnya. Ashvath mengambil ponsel di kantong celananya, lalu dia terlihat membuka sesuatu di sana dan menyerahkannya pada Gaelen.

"Hebatkan kejutan aku?" tanya Gaelen kepada Emory.

Sedangkan Emory? Gadis itu diam terbeku di tempatnya, ponsel yang di pegang Gaelen menampilkan sebuah video yang menampilkan aksi bully Emory pada Lora, dari awal sampai akhir.

"Akh!" Beryl berseru kesakitan ketika Gaelen menyentak tangannya kuat.

Emory melihat lengannya yang memerah, dikarenakan cekalan tangan Gaelen.

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang