TENGGELAMKAN LORA KE KUBANGAN LUMPUR SEKARANG!!!
Mau tahu apa yang terjadi?
Setelah menolak ajakan Anson untuk pulang bersama, Lora berjalan ke arah gerbang sekolah, seperti biasa dia akan menunggu angkot yang akan mengantarnya pulang. Dia duduk di kursi panjang yang bersambung, sekolah memang menyediakannya agar para siswa dan siswi bisa lebih nyaman sewaktu menunggu jemputan.
Namun ketika dalam pw nya menunggu angkot sambil mendengar lagu dari earphone nya, dia merasakan seseorang duduk di salah satu kursi. Ketika ia menoleh, ia gegelapan. Gaelen duduk tak jauh darinya. Berjarak 3 kursi. Dalam hati Lora merapalkan do'a agar Gaelen tak pulang dengan angkot yang sama atau setidaknya Gaelen tidak sedang menunggu angkot.
Namun, ternyata oh ternyata, ketika angkot datang dan Lora bangkit dari duduknya. Gaelen pun melakukan hal yang sama. Lora berencana tak akan menaiki angkot yang sama dengan Gaelen. Tapi dia telah terlanjur bangkit. Kan malu bila ia kembali duduk, lagi pula Lora malas menunggu lagi.
Bahkan Lora dilema ketika hendak menaiki angkot. Diakah atau Gaelen duluan yang masuk? Terkadang Lora aneh, memikirkan hal yang tak penting terlalu lama, tak sadar bila Gaelen juga berhenti. Ia juga belum memasuki angkot.
"Kamu duluan masuk" ucap Gaelen pada akhirnya. Lora sempat kaget sesaat lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam angkot. Lagi-lagi dia dilema. Hanya tersisa 2 tempat kosong, dan berhadapan. Niatnya ingin meminta salah satu penumpang untuk bergeser, namun ibu yang ada di angkot itu menyuruhnya cepat duduk. Akhirnya dia duduk di tempat yang berdekatan dengan jendela belakang.
Gaelen yang menyadari hanya tersisa satu tempat kosong di langsung duduk di hadapan Lora dengan santai. Berbanding terbalik dengan Lora yang bahkan telah berkeringat dingin. Dia berharap perjalanan kali ini bagai kilat. Sekejap.
Untuk mengalihkan perhatiannya, Lora memilih untuk membaca novel yang di keluarkan dari tasnya. Sampai akhirnya bacaannya tiba di adegan sedih ketika si cewek kehilangan cowoknya. Lora yang orangnya baperan, terlihat seperti menahan tangis. Gaelen yang tak sengaja melihat Lora hanya menaikkan alisnya bingung.
"Kamu nangis?" tanyanya. What?! Gaelen bertanya pada Lora sodara-sodara.
"Ha?" Lora yang terlalu larut dalam bacaannya, bingung lantaran tak mendengar ucapan Gaelen.
Gaelen yang malas berbicara hanya menunjuk mata dan pipi Lora dengan jari telunjuknya. Refleks Lora menyentuh pipinya , basah. Ia menangis karena membaca novel! Mau ditaruh dimana mukanya sekarang? Gaelen pasti berfikir kalau Lora anak yang cengeng, meskipun benar.
"Hehe, aku lagi baca novel, adegannya lagi sedih banget. Aku cengeng ya?" setelah sadar, Lora menutup mulutnya. Gaelen tak bertanya kenapa dia nangis. Ingin rasanya Lora membenturkan kepalanya ke dinding angkot sekarang. Tapi tak mungkin, dirinya sudah sangat malu sekarang. Tapi kejadian setelahnya membuatnya terpaku.
"Memang kodratnya perempuan itu cengeng kan? Dan laki-laki bertugas untuk menghapus air mata dan melindungi perempuannya. Memastikan dia bahagia."
Lora terpaku di tempatnya. Mungkin selama hidupnya, baru kali ini dia mendengar Gaelen berbicara sepanjang ini. Gaelen yang akhirnya sadar akan ucapannya hanya mengalihkan pandangannya ke arah jendela lalu berucap
"Lupain aja" ucapnya, kembali dingin.
Lora lagi-lagi hanya terpaku di tempatnya. Mengamati Gaelen, dia telah sedikit mencair. Tidak sebeku yang dulu. Mungkin.
❇❇❇
Lora baru saja turun dari angkotnya, setelah ucapan Gaelen tadi, angkot terasa sunyi bagi mereka. Lora sangat sangat sangat tersiksa dengan hal itu terlebih dia duduk berhadapan dengan Gaelen. Orang yang paling dihindarinya di sekolah. Bahkan ketika turun, tak ada yang mau memulai percakapan. Lora pun tak mengucap kata pamit pada Gaelen. Memangnya mereka ada hubungan apa? Mungkin teman saja tidak, pikir Lora waktu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali [T A M A T]
Fiksi RemajaIni tentang Lora. Seorang gadis yang hanya ingin hidup dengan damai di SMA. Menjalani kehidupan biasa yang melibatkan orang biasa. Namun, karena seorang cowok yang tiba-tiba datang dalam kehidupannya, rasa biasa yang selama ini membuat Lora nyaman...