Langkah 26

149 13 17
                                    

"Rumah, penjara yang pernah menjadi istana."

◾◾◾

Tujuh hari.

Anson tak juga sadar, sudah tujuh hari lelaki itu masih terdiam di atas ranjang rumah sakit. Manik mata itu masih enggan membuka, senyum yang biasa melengkung sempurna itu kini hanya membentuk garis lurus.

Lora, gadis itu tak pernah absen mengunjungi Anson. Terkadang Beryl atau Daegal akan menemaninya. Lora tak tahu kenapa, namun setelah pertemuannya dengan orang misterius itu, Lora tak pernah bisa berhenti untuk menemukan jawaban. Tentang segala hal tentang Anson.

Pernah sekali Lora bertanya pada Daegal tentang keluarga Anson, namun lelaki itu malah menghindar sebisa mungkin.

"Dia punya keluarga Ra"

Hanya kalimat itu yang terlontar dari Daegal ketika Lora semakin memaksa lelaki itu untuk mengungkapkan tentang Anson.

Selebihnya, Lora harus menunggu dan mencari sendiri akan semua pertanyaannya tentang Anson.

Saat ini, Lora tengah duduk di samping ranjang Anson. Gadis itu hanya diam. Biasanya Lora akan berceloteh tentang sekolah, keadaannya, dan rasa sakitnya. Berharap dengan cara itu Anson akan terbangun dari tidurnya dan menjawab pertanyaan darinya.

Aku mulai berharap lagi

Tik tik tik

"Hujan?" gumam Lora pelan seraya bangkit dari duduknya menuju jendela.

Dengan pelan Lora menyibak tirai jendela yang selalu tertutup itu. Gadis itu memandangi rinai hujan yang turun sebentar dan menempelkan tangannya di jendela. Merasakan sensasi dingin yang selalu disukainya itu.

Perlahan, air mata yang sedari tadi ditahannya luruh, bersamaan dengan rinai hujan yang turun semakin banyak. Namun dengan cepat Lora menghapus air mata itu dan kembali duduk di kursinya.

"Ans, sampai kapan kamu akan tidur?" tanya Lora yang hanya dibalas oleh suara hujan yang turun ke bumi.

"Katakan padaku, kenapa? Kenapa ada banyak sekali luka di tubuhmu Ans, siapa yang menyebabkannya?" tanya Lora seraya menggenggam tangan Anson.

"Jangan biarkan aku hanya berbicara sendiri. Jawab aku dan katakan segalanya"

Air mata Lora mulai luruh lagi. Namun kali ini gadis itu tak peduli.

"Sakitkah? Apa yang paling sakit Ans? Katakan padaku, agar...... agar aku bisa menghiburmu"

"Aku tahu kita sama, aku tahu."

"Aku ingin kita bermain hujan lagi, kapan kamu bangun? Aku sudah terlalu lelah menghadapi hidupku sendiri Ans" ucap Lora masih dengan air mata yang mengalir.

"Lora"

Lora yang mendengar suara itu sontak saja menghapus air matanya dan menoleh ke asal suara.

"Ya?" tanyanya dengan suara parau.

"Kamu baik-baik saja?"

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang