Langkah 15

176 13 6
                                    

"Di dunia ini, ada dua hal yang mustahil ku gapai, yang pertama kebebasan atas diriku dan yang kedua memori masa lalu"

◾◾◾

Anson, tolong aku, tolong, aku membutuhkanmu.

"Buka pintunya Lora!"

Lora membuka kelopak matanya, lalu menoleh ke asal suara namun tak di dapati seseorang di sana. Siapa yang tadi memanggilnya?

Prang

Lora otomatis menundukkan kepalanya seraya meraih tasnya dan dijadikan tameng pelindung kepalanya kala mendengar suara kaca yang pecah.

Masih belum berakhir?

Setelah hening sesaat, Lora mendongakkan kepalanya. Di hadapannya, kaca pintu kemudi telah hancur berkeping-keping, dan tak jauh dari beling itu, Lora melihat sebuah batu yang lumayan besar tergeletak. Lora yakin seseorang telah memecahkan kaca itu dengan batu.

Siapa lagi sekarang?

Lora mendengar suara langkah kaki seseorang yang mendekat. Gadis itu terdiam di tempatnya, hingga tak di sadari indra pernapasannya telah berhenti meraup oksigen dan pori-pori kulitnya telah mengeluarkan bulir-bulir keringat dingin.

Sebuah tangan terjulur dari arah pintu kemudi melalui jendela mobil yang kacanya telah pecah. Dengan santai tangan itu menekan tombol yang menonakfitkan semua kunci pintu di mobil itu.

Lora membungkukkan badannya, berharap kursi jok mobil di hadapannya bisa menutupi keberadaannya. Keringat dingin membasahi pipinya. Ketakutan itu kembali menyerangnya

Tangan itu perlahan menjauh, namun bukannya membaik, detak jantung Lora bertambah kencang kala pintu kemudi di buka dan seseorang masuk. Laki-laki.

Inikah akhir?

Lora memejamkan matanya erat, berharap semua hanyalah mimpi. Aku benci berharap.

"Lo nggak papa?" tanya seseorang.

Lora terpaku di tempatnya, siapa?

Perlahan, Lora menegakkan badannya, matanya menangkap seorang laki-laki yang sedang menatapnya dari jok depan.

Lora memperhatikan penampilan lelaki ini. Kaos hitam polos yang ditutupi oleh jaket jeans dengan banyak stiker melekat di badan lelaki ini, oh ya jangan lupakan juga jeans yang di beberapa bagian sobek ikut melangkapi penampilannya. Tapi tunggu, Lora mengamati dengan lamat lagi orang di hadapannya. Dia menggunakan anting? Tapi kenapa cuman di sebelah kiri?

Tebakan Lora, lelaki ini lebih tua beberapa tahun darinya.

"Hello? Lo denger gue? Lo nggak papa?" tanya lelaki itu seraya melambai tangannya di muka sang gadis.

Lora mengerjap pelan, dia siapa?

"Kamu siapa?" hanya dua patah kata itu yang keluar dari mulutnya.

Lelaki itu menaikkan sebelah alisnya. Pertanyaannya diabaikan oleh gadis ini?

"Gue Rivaldo, lo bisa panggil gue Aldo, tanpa embel-embel Kak, Bang, apalagi Mas dan gue penyelamat yang dikirim Anson buat lo" jelas lelaki itu.

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang