"Sebentar lagi, sebentar lagi ini akan berakhir, jadi tolong, tolong tahan sedikit lagi, karena kita akan memikulnya bersama."
◾◾◾
Lora membuka matanya pelan ketika ponsel di saku roknya bergetar. Gadis itu memilih untuk mengabaikan dulu keadaan di sekitarnya dan menggeser layar ponselnya.
"Alhamdulillah Efa, akhirnya kamu angkat telepon papa. Kamu di mana? Ini uda lewat tengah malam dan kamu belum pulang. Kamu baik-baik aja nak?"
Tanpa aba-aba, mata Lora terbuka lebar. Gadis itu duduk dan menatap jam pada layar ponselnya.
Dasar pelupa!
"Efa? Kamu masih di sana?"
Lora merutuk tanpa suara, ponselnya sedikit di jauhinya, dia berdeham sebentar, mencoba menormalkan suaranya.
"Efa baik kok, pa. Ini lagi di rumah sakit, ada temen Efa yang baru kecelakaan dan dia sendiri."
Lora menggigit bibir bawahnya, merasa sangat bersalah karena telah membuat Ayahnya khawatir.
"Innalillahi, kamu sendiri di sana? Atau papa ke tempat kamu?"
Lora mengangguk, gadis itu sangat membutuhkan pelukan Ayahnya saat ini, menangis di dalam pelukan Ayahnya, atau membiarkan Ayahnya bercerita sepanjang malam, agar Lora mengalihkan perhatiannya.
Namun Lora tak bisa. Ayahnya baru pulang dari perjalanan jauh, pasti Ayahnya sangat kelelahan, dan Lora tak mau lagi menambah rasa lelah pada Ayahnya.
"Nggak apa kok pa, lagian ini uda dini hari. Papa pasti capek, Efa bisa jaga diri kok."
Terdengar helaan nafas berat dari seberang, Revian selalu tahu bahwa putrinya adalah gadis keras kepala yang selalu menutupi lukanya.
Dia tak akan segan-segan mengorbankan apa-apa yang dimilikinya untuk seseorang yang sangat disayangi.
Lora mengedarkan pandangannya.
Gadis itu tengah duduk di atas ranjang berukuran king size yang entah dari mana asalnya. Disekelilingnya, Lora melihat sebuah lemari kecil di sudut ruangan sebelah kanan. Lalu nakas di samping tempat tidur.
Tunggu, ini rumah sakit, atau malah hotel?
"Ya udah, kamu baik-baik di sana. Kalo ada apa-apa telfon papa saat itu juga, kamu ngerti, Efa?"
"Iya pa, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Lora menurunkan ponsel dari telinganya, kepalanya berdenyut, aahh, Lora lupa. Sejak siang tadi dia tak makan apa pun. Asam lambungnya naik, dan Lora harus memasukkan makanan ke dalam perutnya untuk mengurangi denyutan pada kepalanya.
Lora memekik pelan, gadis itu memejamkan matanya sebentar. Mencoba memandangi lemari yang ada di sudut, Lora mendapati lemari itu telah terbelah menjadi dua.
Gadis itu memilih untuk kembali memajamkan matanya, sebelah tangannya mengurut dahinya dan sebelah lagi meremas seprai kasur.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali [T A M A T]
Teen FictionIni tentang Lora. Seorang gadis yang hanya ingin hidup dengan damai di SMA. Menjalani kehidupan biasa yang melibatkan orang biasa. Namun, karena seorang cowok yang tiba-tiba datang dalam kehidupannya, rasa biasa yang selama ini membuat Lora nyaman...