Langkah 16

176 15 0
                                    

"Tahu mana bagian paling buruknya? Semua kilasan yang pernah berlalu kini seolah terulang kembali"

◾◾◾

Anson memarkirkan motornya bersama dengan motor-motor lain di parkiran yang disediakan oleh sekolah. Lelaki itu berjalan menyusuri koridor dengan langkah pelan. Senyum yang biasa menghiasi wajahnya kala langkah kakinya mangikis jarak menuju kelasnya, kini seolah lenyap digantikan raut sedingin malam.

Bahkan ketika dia telah tiba di koridor kelas XI yang berada di lantai dua, langkah kakinya semakin memelan. Entah apa yang dipikirkan lelaki itu, hazelnya menatap seseorang asing yang berjalan berlawanan arah dengannya. Perempuan. Orang asing itu masuk ke dalam kelas yang sama dengan kelasnya.

Siapa?

Dia berbalik, dan bertepatan saat itu Anson melihat Lora dan Beryl yang tengah berjalan sambil berbincang, dan ketika Beryl tertawa, Lora tersenyum dan pandangan itu tak akan pernah luput dari iris mata lelaki itu.

Anson diam. Mengamati kedua gadis itu, sepertinya mereka tak menyadari keberadaan Anson yang membaurkan dirinya pada kerumunan siswa dan siswi

Anson menepi ke dinding kelas kala Beryl dan Lora melewatinya. Tak ada senyum terlebih sapa yang di lontarkannya. Dia hanya diam mengamati lalu berbalik pergi tanpa menolehkan kepalanya ke belakang.

Lora berhenti melangkahkan kakinya, gadis itu terdiam kemudian dia membalikkan badannya dan mengamati siswa dan siswi yang berlalu lalang. Entah halusinasi saja atau malah nyata, sekilas Lora melihat Anson tadi.

"Kenapa Ra?" tanya Beryl ikut berbalik yang membuat Lora mengalihkan pandangannya pada Beryl.

Namun gadis itu hanya menggeleng, dan kembali melanjutkan langkahnya diikuti oleh Beryl.

Pasti hanya halusinasiku saja.

Setibanya di depan pintu kelas, Lora melihat seorang laki-laki bersandar di dinding kelasnya dengan kedua tangan yang dimasukkan kedalam saku celananya. Oh ya, jangan lupakan mata yang biasanya menatap tajam itu kali ini menutup.

Niat Lora, perempuan itu akan langsung melewati lelaki itu, berpura-pura lelaki itu tak ada atau tiba-tiba saja Lora tak tampak melihat lelaki itu.

Namun sepertinya lelaki itu sadar akan kehadiran dan niat Lora, dia membuka matanya. Menampilkan mata kelam setajam elang yang mampu mengintimidasi siapa pun yang di tatapnya. Termasuk Lora.

"Lora" panggil lelaki itu pelan membuat Lora yang hendak masuk kelas terbeku si tempatnya.

Beryl hanya mengamati, pandangan teralih pada Lora, lalu lelaki itu, Lora, lelaki itu, Lora, lelaki itu lagi. Berkali-kali hingga membuat kepalanya pusing.

"Aku perlu berbicara denganmu" ucap lelaki itu membuat Beryl melototkan matanya.

Lora diam, namun sesekali gadis itu mengode Beryl agar membantunya. Sayangnya Beryl tak menangkap maksud Lora membuat Lora merutuk dalam hati.

Lora pantang menyerah, gadis itu menyenggol pelan lengan Beryl dan menggerakkan bola matanya ke kiri dan ke kanan, ke arah lelaki itu lalu kelas, berulang kali membuat Beryl mengerutkan alisnya bingung.

Jengah dengan kelemotan Beryl, Lora langsung saja berbisik ke arah Beryl kala lelaki itu menolehkan kepalanya ke arah lain.

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang