Langkah 12

217 15 0
                                    

"Hujan, hal berikutnya yang kusuka setelah kelamnya langit malam yang dipenuhi bintang, dan sinar lampion yang menghiasi langit"
◾◾◾

"Lora, aku mengajakmu keluar untuk bersamaku menikmati hujan" ucap Anson canggung seraya menatap ke depan, mengalihkan tatapannya dari iris kelam Lora yang membuat gadis itu tersentak kaget di tempatnya.

Hujan? Anson?

Mencoba untuk menormalkan keadaan, Lora tersenyum. Tak apakan jika dia menerima ajakan Anson? Rasanya juga sudah lama sekali Lora tak menikmati tusukan rinai hujan pada permukaan kulitnya.

"Ayo, aku mau" ujar Lora

Anson menoleh cepat ke asal suara, padahal dia telah mempersiapkan dirinya bila Lora menolak ajakannya.

"Kemungkinan nanti kamu akan sakit Ra" ucap Anson.

"Besok hari libur Ans. Tak apa, ayo" balas Lora seraya menggeleng, lalu membuka pintu penumpang. Anson yang melihat hal itu dengan terburu melakukan hal yang sama, lalu menapakkan sepatunya ke pijakan tanah yang basah.

Ribuan rinai hujan terus turun. Tak begitu deras. Anson turun mengikuti Lora, dia berjalan di belakang Lora yang sepertinya menuju ke sebuah taman di dekat mereka.

Benar saja, langkah kaki Lora berhenti kala dia telah menapak daerah taman. Dia mendongakkan kepalanya dan tersenyum kala rinai hujan menyapa wajahnya.

Lora lalu berbalik menatap Anson.

Tak perlu kata untuk menjelaskan tujuan.

Lora POV

Aku dan Anson berlari, di bawah air hujan ini, kami meluapkan seluruh emosi.

Tertawa ketika rinai hujan membasahi kami. Aku merekam setiap momen, setiap gelak tawa yang keluar, setiap rinai hujan yang membuatku tersenyum.

Aahh, aku hampir lupa. Aku juga merekam ekspresi kami yang tersentak kaget ketika petir dan guntur tiba-tiba datang bersahutan. Aku dan Anson terdiam, lalu kembali tertawa dan berlari.
Di bawah rinai hujan pula, aku melihatnya berhenti. Menatapku dalam dengan hazelnya yang menenangkan. Menatapku dengan tatapan yang lagi-lagi tak ku mengerti. Aku hanya tersenyum.

Dan tahukah kalian? Saat itu, aku berfikir, Anson tampan. Tampan menurut pengertianku. Tampan di saat aku menatap wajahnya dan kutemukan kenyamanan di sana.

Kulihat dia hanya terkekeh kecil, dengan  langkah pelan dia menghampiriku. Ketika Anson telah berada di hadapanku, dia mengguyur rambutnya dengan tangan. Berusaha menghilangkan rinai hujan yang membasahi seluruh rambut dan seragamnya.

Lalu dengan pelan dia menjulurkan tangannya. Mengundangku untuk berlari lagi. Dengan penuh rasa bahagia pula, atau apa pun namanya, aku meraih tangannya, lalu dengan kecepatan penuh kami berlari.

Merasakan tajamnya rinai-rinai hujan yang menyentuh wajahku, sedikit sakit, namum aku tak peduli. Aku bahagia dalam euforia yang diciptakannya.

Sesederhana itu. Berlari di bawah rinai hujan. Tak peduli dengan cipratan air hujan yang mengenai sepatu kami, juga hujan yang membasahi seragam sekolah kami.

Kami bahagia.

Untuk pertama kalinya, kami bertatapan dengan setiap manik yang tak menampakkan derita.

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang