Langkah 1

788 21 2
                                    


"Kok sepi?" gumam seorang gadis yang tengah berdiri di depan gerbang sebuah SMA.

"Ngapain kamu bengong disitu? Bentar lagi gerbang mau Ibu tutup! Kamu nggak mau masuk?" teriak seorang guru yang sontak membuat gadis tersebut langsung melangkahkan kakinya cepat memasuki pekarangan sekolah. Ternyata uda telat, pantesan aja sepi gitu, pikirnya. Setelah melewati beberapa kelas, akhirnya ia tiba di kelasnya. Dengan sedikit tergesa ia masuk, dan diam-diam menggembuskan napas lega karena guru belum memasuki kelas.

"Pagi Lora" sapa seorang perempuan.

"Eh? Pagi juga Tibel" balasnya sedikit canggung. Gadis yang dipanggil Tibel hanya tersenyum sekilas, lalu melangkahkan kakinya menuju kursinya. Hal itu juga dilakukan oleh Lora, gadis yang telat tadi.

"Punya anak suami dirumah Ra? Sampe telat gini." ucap seorang perempuan yang berada di samping kursinya, teman semejanya.

"Aku bangun kesiangan tadi Ryl."

"Baca novel lagi?" tebaknya.

Lora hanya terkekeh kecil, isyarat membenarkan.

Tak lama setelahnya guru memasuki kelas yang otomatis dimulainya pelajaran.

❇❇❇

Bel istirahat berbunyi, yang sontak mengembalikan seluruh kesadaran para murid dari mimpi-mimpinya, tak terkecuali Beryl. Dengan tergesa ia menarik Lora menuju kantin.

"Mau beli apa Ryl?" tanya Lora sesaat setelah mereka tiba di kantin.

"Bakso aja gimana? Aku yang ngantri, kamu cari meja" tawarnya.

Lora hanya mengangguk kecil dan mulai mencari meja kosong, hingga matanya menangkap sebuah meja kosong dengan 4 kursi di pojok kanan kantin, berdekatan dengan jendela. Dengan santai dia melangkahkan kakinya. Ketika ia baru ingin duduk di saku satu kursi, Beryl datang dengan senampan bakso lengkap dengan minuman. Ia baru ingin memakan baksonya ketika sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

"Lora?" tanyanya memastikan. Lora menautkan kedua alisnya sejenak sebelum menjawab iya.

"Lupa aku?" tanya orang itu

Lora terlihat berfikir sesaat sebelum akhirnya menjawab

"Ashvath?" tanyanya ragu.

Orang yang dipanggil Ashvath tadi hanya terkekeh kecil.

"Sifatmu tak pernah berubah dari dulu, pikun, aku merasa kamu memiliki penyakit ingatan Ra" ujar Ashvath diiringi tawa kecil.

"Kenapa?" tanya Lora, pasalnya dia sedikit jengkel dengan sifat Ashvath yang seenaknya saja berbicara.

"Meja kantin penuh semua, kebetulan juga aku ngeliat kamu, jadi ya aku mau duduk di sini, lagian kita uda lama nggak ngobrol dan kamu tak bisa nolak aku kan? Inikan meja kantin" Lora hanya mendengus kesal mendengarnya, untuk apa bertanya jika tak ingin dibantah?

"Kamu boleh kok duduk di sini" ucap Beryl tiba-tiba. Lora menatap Beryl tak mengerti. Kenapa dia mengizinkannya?

"Terima kasih Beryl Panavela Hilarion, tapi aku tak sendiri, sebentar lagi temanku akan segara sampai dan akan bergabung bersama kita" ucap Ashvath setelah melihat nama Beryl dari nametag nya.

"Beryl, panggil aku Beryl, Ashvath"

Ashvath hanya mengangguk, terlihat mencari sesuatu ke seluruh penjuru kantin, hingga sorot matanya terhenti pada seorang laki-laki yang memegang sebuah nampan berisi makanan dan minuman, dengan isyarat tangan, Ashvath menyuruh lelaki tersebut menghampirinya. Laki-laki itu menghampiri Ashvath, Lora yang merasakan kehadiran orang lain mendongkakkan kepalanya, sesaat raut wajahnya terkejut lalu dengan cepat ditutupnya.

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang