Langkah 22

174 12 34
                                    

"Siapa yang tahu? Hari ini aku masih hidup dan tertawa. Tapi mungkin besok aku telah terkubur dan meninggalkan luka."

◾◾◾

"Kamu beneran uda nggak papa?"

"Iya"

"Beneran?"

"Iya"

"Tapi-"

"Udah deh Ra, aku bosen dengar kamu nyerocos terus dari tadi, aku uda nggak papa. Jadi sekarang berhenti nanyain hal yang sama berulang-ulang ya?" Beryl sangat sangat bosan mendengar pertanyaan Lora yang terlalu khawatir akan kondisinya.

Sedangkan Lora mengerecutkan bibirnya sebal di tempatnya. Gadis itu khawatir akan kondisi Beryl. Kemarin selepas Beryl bangun dari pingsannya, gadis itu bahkan tak bisa berjalan, dan dengan terpaksa Beryl tak ikut rombongan siswa dan siswi menuju air terjun. Untung saja Lora dengan suka rela menjaga Beryl.

Awalnya Lora mencoba menghiraukan hal ini, tapi ketika Lora kembali ke tenda setelah mengambil makanan untuk Beryl, Lora melihat Beryl tengah mengelap darah yang keluar dari hidungnya dengan tisu.

Namun ketika Lora bertanya tentang hal itu, Beryl malah mengelak dan berkata bahwa Lora salah liat dan berdalih bahwasanya dia sedang mengupil. Tapi Lora yakin jika pandangan matanya masih berfungsi dengan sangat baik.

"Ayo, yang lain uda mulai baris tuh" ucap Beryl menyadarkan Lora dari lamunannya.

Lora hanya mengangguk dan mulai memapah ranselnya. Diikuti dengan Beryl yang juga membawa kopernya.

"UDA LENGKAP SEMUA BELUM INI?!" Rasya berteriak tepat setelah Lora dan Beryl masuk ke dalam barisan.

"UDAH!" seru Tibel kencang dari barisan paling belakang.

"OKE! KEDENGERAN NGGAK SUARA AKU KAWAN-KAWAN?" Rasya berseru, menarik perhatian seluruh murid di barisan kelas mereka.

"Udah! Kedengeran!" sahut siswa di barisan laki-laki paling belakang.

"Ihhh! Jangan kenceng banget napa ngomongnya? Budeg aku nih bentar lagi!" sekilas Lora mendengar seruan siswi di barisan perempuan paling depan.

"Barang kamu uda lengkap semua Ryl?" tanya Lora pada Beryl.

Beryl yang tengah kesusahan menaruh kopernya menoleh ke arah Lora. Gadis itu mengangguk dan sesekali membuka ransel mini yang di bawanya.

"Uda semua kok"

Gantian Lora yang mengangguk dan tersenyum sebentar.

"OKE OKE, JADI SEKARANG KITA BAKALAN TURUN DARI, TERUS KITA NAIK BUS KE BAWAH. LEBIH TEPATNYA KITA BAKALAN KE DESA YANG ADA DI BAWAH, TERUS PAS SAMPE SANA, KITA BAKALAN BANTU-BANTU WARGA DI SANA!" Rasya berhenti sebentar dikarenakan napasnya habis, bahkan lelaki itu terbatuk sebentar lantaran berteriak terlalu kencang.

"TERUS AKU NGGAK MAU YA DENGAR KATA KATA KAYAK CAPEKLAH, KOTORLAH, JIJIKLAH! SEMUANYA HARUS KERJA! COWOK CEWEK SAMA SEMUA! TERUS PAS HARI JUM'AT PAGI KITA PULANG, NGERTI?!" Rasya melanjutkan kalimatnya, dengan nada yang sedikit lebih rendah dibanding dengan kalimatnya yang pertama.

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang