Langkah 37

136 7 0
                                    

"Bahkan obat memiliki efek samping."

◾◾◾

Tiga tahun kemudian

"Sorry, aku telat ya?"

Lelaki itu mendongakkan kepalanya yang semula menunduk karena membaca buku. Tersenyum tipis dan menggeleng, membuat orang di depannya bernapas lega.

"Aku yang kecepetan" ucapnya lalu meraih cangkir kopi, menatap cangkir itu sesaat lalu minum cairan pahit yang sayangnya disukainya.

"Oh ya? Padahal aku udah telat lima belas menit deh, kopi kamu aja hampir habis" gadis itu melirik jam di pergelangan tangannya.

Lelaki itu menutup bukunya, lalu memasukkannya ke dalam tas punggung yang diletakkan di kursi lain.

"Aku tau dosen kamu telat keluar"

Gadis itu melepas jaketnya yang sedikit basah akibat hujan, lalu mengangguk mengiyakan lelaki itu dan memanggil pelayan untuk memesan.

"Coklat panas satu ya mbak" ucapnya ramah membuat pelayan yang tengah mencatat pesanannya itu mengangguk dan tersenyum.

"Biasa kamu pesen red velvet atau cheesecake"

Gadis yang tengah menatap rinai hujan yang menempel di jendela di dekatnya menoleh.

"Lagi nggak pengin aja"

Lelaki itu hanya diam. Biasanya bila gadis di hadapannya ini hanya memesan minuman, terutama coklat panas, itu artinya mood gadis ini sedang tidak baik, dan dia benci hal itu karena nantinya dia akan mendengar celotehan aneh yang keluar dari mulut gadis yang tengah menatap rinai hujan itu.

"Sekarang uda masuk musim hujan ya" gadis itu mengeluarkan ponsel dari dalam saku roknya, lalu senyumnya merekah kala sebuah panggilan video masuk. Dengan cepat dia menggeser tombol hijau yang ada di layarnya ke atas.

"Assalamu'alaikum" sapa seseorang di seberang sana.

"Wa'alaikumsalam. Uda lama banget nggak hubungin, gimana kabar kamu di negeri seribu danau?" gadis itu bertanya dengan riang.

Lelaki di seberangnya menatap bingung, namun gadis itu membuat gerakan tangan agar dia berpindah duduk di dekatnya yang dengan mudah dipatuhi oleh lelaki itu.

"Baik, kamu sama siapa?"

Gadis itu menyorot lelaki di sampingnya, sedangkan sang lelaki hanya tersenyum singkat.

Gadis itu hendak berbicara lagi, namun pelayan datang dengan pesanannya. Gadis itu menyerahkan ponselnya pada si lelaki, mengucap terimakasih pada si pelayan dan menyeruput sedikit coklat panasnya.

"Kapan rencana balik ke sini, Vath?" tanya gadis itu kembali mengambil alih ponselnya.

Lelaki di seberang terdiam sebentar.

"Tebak dong, nggak nyangka aku, kamu yang dulu dekil jadi cewek cantik sekarang, pantesan aja tuh si Gaelen nggak pernah pergi dari samping kamu"

Gadis itu berdecak sebentar, sedangkan lelaki di sampingnya hanya tertawa kecil. Temannya yang satu itu sejak dulu suka sekali mengganggu gadis ini.

"Mentang-mentang di sana banyak cewek cantik, yang di sini dikata-katain, bawa pulang tuh, kawan kamu Gae" gadis itu kembali menyerahkan ponselnya pada Gaelen, lalu menikmati coklat panasnya.

Terdengar suara tawa dari ponselnya, namun gadis itu tak peduli. Memang lelaki satu itu senang sekali membuat mood nya hancur.

"Segitu rindunya kamu sama aku? Sampe nyuruh Gaelen jemput ke sini" suara itu masih disertai dengan sisa-sisa tawa.

Kembali [T A M A T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang