"Cintai dirimu sendiri dan hidupmu dulu baru kamu bisa menilai seberapa pantasnya kamu untuk hidup."
◾◾◾
Lora dengan refleks bangkit dari duduknya dan berbalik menatap Gaelen dengan tatapan tak percaya.
"Apa?" tanya Lora dengan mata melotot kaget, bahkan sangking shocknya Lora, gadis itu tak menyadari bahwa ice cream yang baru sedikit dimakan mulai mencair dan lengket di tangannya.
"Aku menyukaimu Elora Frieda Amodini" ujar Gaelen dengan lebih jelas lalu berdiri dan menatap tepat ke mata Lora.
Sedangkan Lora semakin kaget, mengetahui bahwa telinganya tak salah mendengar ucapan Gaelen. Ice cream yang ada di tangan gadis itu semakin mencair, hingga akhirnya Lora yang merasakan sesuatu mengalir di jemari tangannya langsung saja memindahkan ice cream itu ke tangan lainnya.
Namun Gaelen merogoh sesuatu dari kantong celananya, dia mengeluarkan selembar tisu, lalu mencuci tangan Lora dengan air mineral yang tadi dibawanya dan mengelap tangan Lora lambat.
"Bukan karena rasa bersalahku atau apa pun itu, percayalah bahwa aku benar-benar menyukaimu" ucap Gaelen masih mengelap tangan Lora dengan tisu kering.
Lalu Gaelen mengambil ice cream Lora yang juga mulai meleleh di tangan gadis itu dan menggantinya dengan ice cream miliknya.
Sedangkan Lora masih berusaha mencerna kalimat-kalimat yang diucapkan Gaelen padanya. Gadis itu tak tahu, seharusnya jantungnya terasa seperti baru saja lari maraton ketika Gaelen menyatakan perasaannya, namun Lora malah merasa terkejut, tak menyangka bahwa kalimat itu akan keluar dari seorang Gaelen untuk Lora.
"Duduk dan makan ice cream kamu dulu" ucap Gaelen kembali duduk dan memakan ice creamnya.
Lora hanya mengangguk patuh, dan kembali duduk dengan rasa canggung di tempatnya. Lora mencoba fokus dengan ice cream di hadapannya, berusaha sekuat tenaga untuk tidak menolehkan kepalanya ke arah Gaelen.
"Gae" panggil Lora pelan ketika dia telah menyelesaikan makannya.
Gaelen hanya menoleh, Lora berusaha sekuat tenaga agar tidak terlalu jatuh pada mata setajam elang itu.
"Aku tidak bisa" ujar Lora menggigit pipi bagian dalamnya.
Gaelen masih menatapnya, dan Lora menghembuskan napasnya panjang. Berusaha mencari kalimat terbaik yang akan di ucapkannya.
"Memang harus ku akui aku pernah menyukaimu, namun itu dulu. Ku kira rasa itu masih bertahan hingga kita tamat SMP, namun aku tak tahu bahwa rasa itu perlahan memudar. Aku akhirnya menyadari bila rasa ku padamu saat ini hanyalah rindu. Rindu kepada seorang teman lama dan seorang yang pernah kusukai. Maafkan aku"
Gaelen hanya diam, dan diam Gaelen membuat Lora semakin gelisah dan gugup di tempatnya. Lora tak berbohong, gadis itu memang tidak lagi menyukai Gaelen, entah sejak kapan, gadis itu pun tak tahu pasti, namun sesekali Lora merindukan saat-saat dia, Ashvath, dan Gaelen masih bersama.
Meski Lora masih sedikit ragu untuk mengakuinya, namun Lora akan berusaha untuk menganggap Gaelen sebagai temannya, terlepas dari hubungan masa lalu mereka, Lora hanya ingin sedikit membuka diri pada dunia.
"Kamu sudah punya penggantiku?" tanya Gaelen setelah sekian lama diam, dan hal itu membuat Lora kembali merenung.
Lora tak pula tahu dengan hatinya, urusan yang melibatkan hati akan selalu rumit dan tak bisa ditebak. Bisa saja Lora berkata tidak, namun mungkin jauh di dalam hatinya, dia menyimpan sebuah nama yang senantiasa berdengung keras memenuhi rongga dadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kembali [T A M A T]
Teen FictionIni tentang Lora. Seorang gadis yang hanya ingin hidup dengan damai di SMA. Menjalani kehidupan biasa yang melibatkan orang biasa. Namun, karena seorang cowok yang tiba-tiba datang dalam kehidupannya, rasa biasa yang selama ini membuat Lora nyaman...